Di tanah air kita, para pemikir dan pemuka Islam sudah sejak lama merisaukan tentang metode dakwah yang dijadikan pegangan selama ini. ada yang berpendapat. metode dakwah selama ini kurang menyesuaikan diri dengan perubahan atau perkembangan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. untuk itu diharapkan perlu dikaji serta dicari langkah metode dakwah yang efektif dan mengena pada sasaran.
Ketidakseimbangan hubungan dakwah dengan perubahan sosial itu sebenarnya sudah terpikirkan sejak jauh-jauh hari oleh para pakar dan pemuka Islam. Beberapa tahun silam, tepatnya di bulan Agustus 1982 di Yogyakarta telah diselenggarakan seminar nasional tentang Dakwah Islam dan Perubahan Sosial.
Salah satu dari hasil seminar yang diselenggarakan Pusat Latihan, Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (PLP2M) Yogyakarta tersebut antara lain menyebutkan bahwa dakwah Islam masih sangat kurang membina kegiatannya melalui media komunikasi seperti pers, buku, radio, televisi dan film.
Kenapa Harus Pers?
Selama ini tidak seorangpun menyangkal bahwa masjid merupakan pusat dakwah yang efektif. akan tetapi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang pesat dari tahun ke tahun, kini dakwah tak cukup hanya dipusatkan di masjid saja tanpa mencoba mencari alternatif lain mengembangkannya di luar masjid dengan mempergunakan sarana serta prasarana yang tersedia.
Di tengah-tengah perkembangan dan pembangunan sektor komunikasi yang menggembirakan sekarang ini, ajakan atau pemikiran untuk mengembangkan dakwah dengan mengerling ke pers tentu saja merupakan langkah yang tepat dan bijak. Terlebih-lebih bila dikaitkan dengan peranan, fungsi dan kerja pers sebagai agen pembaharuan dam membangun masyarakat Indonesia seutuhnya.
Sekarang sudah saatnya para pemikir, pakar, muballigh, ulama dan pemuka Islam lainnya memanfaatkan serta mempergunakan peluang maupun pengaruh yang dimiliki pers tersebut guna meningkatkan dakwah demi syiar Islam, disamping mewujudkan masyarakat Indonesia yang bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Harapan ini tentunya seirama dengan apa yang dinyatakan Hasan Basri Tanjung di harian Terbit (lihat - Pers Islam, Sebuah Dilema, Sabtu 21 Agustus 1933) yang menyatakan, beranjaknya kehidupan masyarakat pada tahap informasi telah mengajak kita untuk melangkah lebih jauh atau paling tidak sama dengan social change (perubahan sosial) yang ada.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, tambah Hasan Basri Tanjung, dakwah bil-lisan sudah tidak memadai lagi. Tapi harus mendapat dukungan dengan suatu media yang representatif dan relevan dengan cakrawala pemikiran manusia yang semakin maju.