Advertise

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Senin, 23 Februari 2015

Teknik Penulisan Artikel (Artikel Bernuansa Dakwah)

1 komentar
Banyak orang yang ingin menulis di koran atau mass-media, tapi banyak yang tidak tahu caranya. Disamping itu masih banyak pula yang beranggapan menulis atau membuat tulisan tersebut sulit. Padahal sesungguhnya tidak, menulis itu sebenarnya mudah.

Artikel merupakan salah satu jenis tulisan yang ada di surat kabar atau media pers lainnya, disamping berita, feature, dan reportase. Walau tidak mendominasi isi surat kabar, artikel tetap memegang peranan penting dalam seberapa jauh surat kabar tersebut mampu menarik pembacanya. Karena tanpa artikel, dapat dipastikan sebuah surat kabar tidak akan memiliki daya tarik. Bahkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat pembaca akan sia-sia.
Artikel adalah suatu tulisan yang non-editorial. Artinya, artikel merupakan isi surat kabar yang bukan dihasilkan oleh kerja redaksi atau wartawan surat kabar itu sendiri, sebagaimana halnya berita. Tapi ini tidak berarti redaktur atau wartawan lalu dilarang menulis artikel.



Sebagian isi surat kabar yang di luar kerja editorial, maka artikel sebagian besar datang dari luar lingkungan keredaksian surat kabar tersebut. Artikel datang dari penulis-penulis di luar surat kabar yang ingin mengemukakan gagasan, ide dan berbagai pemikiran lainnya.

Secara singkat, artikel merupakan suatu tulisan yang bermaksud menyampaikan gagasan dan fakta. Tujuannya untuk menggugah, meyakinkan, mengajarkan dan juga menghibur. Berbeda dengan isi surat kabar yang lain, artikel memiliki sifat lebih luwes dan terbuka. Jika isi surat kabar yang lain, seperti berita, feature dan reportase berusaha menghindari diri dari perangkap opini, tidak demikian halnya dengan artikel.

Karena artikel merupakan wujud dari gagasan, ide dan pemikiran-pemikiran yang disampaikan oleh penulisnya, maka sudah barang tentu opini atau pendapat pribadi si penulis yang 'bermain' di dalamnya. Oleh sebab itu, artikel selalu ditempatkan pada tempat atau halaman yang sama dengan kolom 'tajug rencana' yang merupakan suara hati suatu surat kabar.

Apa yang harus Anda perhatikan lebih dulu sebelum memulai gagasan menulis artikel? Hal yang pertama kali harus diperhatikan oleh setiap penulis artikel adalah memilih atau mencari tema (topik) penulisan. Tanpa tema, suatu artikel tidak akan jelas apa maunya. Penulisnya sendiri pun akan kerepotan untuk mengarahkan dan membawa ke mana arah serta alur gagasan dan pemikiran-pemikirannya, bila ia menulis tanpa tema yang jelas.

Suatu tema atau topik akan berhasil digarap. apabila si penulis sudah berhasil memadukan jawaban dari dua pertanyaan, apa dan bagaimana. Tema atau masalah apa yang akan ditulis? Dan bagaimana dengan pokok bahasan atau analisanya?

Perlu diingat, bawalah tema atau  topik pada daerah pembahasan yang kecil. Membawa tema ke sudut pembicaraan yang menyempit, akan membantu Anda mempermudah dalam mengutarakan pembahasan. Misalnya, tema 'Meningkatkan peran serta Ulama dalam pembangunan pertanian' memiliki daerah pembahasan yang sempit di bandingkan dengan tema 'Meningkatkan peran serta Ulama dalam pembangunan nasional'.

Di mana mencari tema?

Tepa ada di mana-mana. Ia senantiasa berada di seputar kehidupan kita. Tema atau topik suatu artikel dapat dicari dari hal-hal atau permasalahan yang sedang berkembang (hangat) di tengah-tengah masyarakat, perkembangan-perkembangan di dunia Internasional, pada literatur-literatur ilmu pengetahuan dan lain-lainnya. Tidak jarang pula, tema artikel tersebut diperoleh dari berita di surat kabar.

Setiap calon penulis artikel dituntut untuk peka dan tanggap terhadap berbagai perkembangan yang terjadi di sekitarnya. Baik perkembangan politik Internasional, tatanan moral di tengah-tengah masyarakat, perilaku sosial dan semacamnya. Oleh karenanya, setiap calon atau penulis artikel harus rajin memasang 'telinga' dan 'mata'nya untuk mendengar dan melihat topik-topik apa yang sedang hangat menjadi perbincangan nasional maupun kalangan internasional.

Misalnya, tentang perselisihan antara KPK dan Polri, merupakan salah satu bahan perbincangan nasional yang hangat dan menarik. Kenapa Anda tidak mencoba 'campur tangan' ikut membicarakannya dengan melontarkan gagasan-gagasan atau ide-ide yang mungkin bermanfaat bagi yang berselisih atau pun pihak yang sedang mencoba untuk meredakan perselisihan tersebut

Untuk artikel yang penulisannya berangkat dari isi berita di surat kabar, penulis hendaknya lebih menekankan pada makna dari berita tersebut, serta memberikan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi. Pada artikel semacam ini, biasanya opini si penulis tidak selalu mendominasi di dalamnya. Si penulis bisa merangsang pembaca dengan penuturan rangkaian demi rangkaian yang ada dalam peristiwa di berita tersebut, demi sasaran memberikan gambaran lebih jelas lagi terhadap peristiwa itu sendiri.

Artikel pada dasarnya adalah suatu tulisan ilmiah populer. Dalam penulisannya, selama ini dikenal ada lima pola. Kelima pola itu,  pola pemecahan topik, masalah dan pemecahannya, kronologi, pendapat dan alasan pemikiran serta  pola pembandingan. (Slamet Soeseno, 1980).

Secara garis besarnya, kelima pola penulisan itu memiliki tujuan yang sama, membawa gagasan serta ide-ide Anda kepada masyarakat pembaca, tetapi dengan cara pembahasan serta penelaahan yang berbeda. Anda tinggal memilih pola mana yang lebih mudah membawa gagasan sampai ke sasarannya.

Sekaran mari kita mencoba melihat kelima pola tersebut.

  1. Pola pemecahan topik. Dalam pola ini, si penulis mengambil pola atau cara penulisan dengan memecahkan suatu tema (topik) menjadi sub sub topik atau bagian-bagian lebih kecil. Setiap sub-topik harus dianalisa. Contoh tema : "Pengiriman TKW ke luar negri dan permasalahannya." Tema ini dipecah menjadi beberapa sub-tema atau sub-topik. Misalnya, TKW model apa dan bagaimana sebaiknya dikirim (sub-tema 1), perlu atau tidaknya pedidikan dasar bagi TKW sebelum dikirim (sub-tema 2), serta bagaimana cara menjaga keselamatan kerja mereka (sub-tema 3) dan sus-sub tema yang lainnya. Setiap sub-tema itu dianalisa dan dibahas.
  2. Pola masalah dan pemecahannya. Dalam pola ini si penulis harus mengemukakan sesuatu masalah dan kemudian menganalisa pemecahan-pemecahannya. Contoh tema: "Melawan hama wereng". Dengan pola ini, si penulis dapat mengemukakan mahluk macam apa yang disebut hama wereng itu? Kenapa jadi gemar 'menggoda' tanaman padi? Lantas bagaimana cara mencegah dan mengatasinya? penulis dapat memberikan pemecahan dengan memaparkan cara-cara melawan atau memusnahkannya.
  3. Pola Kronologi. Pola ini mengajak si penulis untuk memaparkan urutan peristiwa demi peristiwa secara kronologis. Contoh tema : "Pemberontakan Moro di Pilipina Selatan". Si penulis dapat memaparkan sejarah suku-bangsa Moro dan asal mula kedatangan agama Islam, sejak kapan mereka dinyatakan sebagai orang Pilipino (bangsa Pilipina) padahal mereka meyakinkan diri sebagai orang Melayu. Kenapa mereka memberontak atau ingin memisahkan diri, seberapa jauh perlawanan mereka terhadap pemerintah Pilipina, mengapa terjadi perpecahan di antara mereka dan bagaimana perkembangan yang terjadi sekarang?
  4. Pola pendapat dan alasan pemikiran. Si penulis lebih memainkan pendapatnya terhadap suatu masalah dan kemudian memaparkan alasan-alasan pendapatnya itu. Pola ini paling sulit. Tapi kalau Anda berhasil, hasilnya akan luar biasa. Anda mengemukakan pendapat Anda sendiri tentang suatu masalah atau tema yang digarap, dan kemudian Anda mengemukakan alasan atau dalil-dalil kenapa pendapat itu diyakini.
  5. Pola pembandingan. Dalam pola ini, si penulis memaparkan tentang persamaan dan perbandingan dari dua aspek atau mungkin lebih dari suatu tema
Pada umumnya dala pola atau struktur penulis artikel ditemukan bagian-bagian seperti judul, pendahuluan, tubuh dan penutup. 

Judul suatu artikel haruslah memiliki daya rangsang yang cepat. Ia harus mewakili isi tulisan secara singkat, tepat dan jelas. Usahakan jangan membuat judul terlalu panjang, karena ada kesan melelahkan pembaca. Buatlah yang pendek, tapi jelas maknanya.

Pendahuluan bagi suatu artikel hanyalah bermakna implisit. Artinya, dengan pendahuluan itulah suatu gagasan akan berangkat. Jadi, tidak perlu Anda tuliskan di bagian paling awal dari artikel sederet kalimat yang bertuliskan Pendahuluan. Kalimat demi kalimat di dalam bagian pendahuluan itu harus mampu memancing dan menarik minat baca pembaca untuk terus mengikuti artikel tersebut.

Banyak pola untuk membuat pendahuluan ini. Pola-pola itu merupakan gaya atau cara seorang penulis untuk merangsang pembaca. Diantaranya, pola ringkasan, pernyataan yang mengejutkan (menonjol), penggambaran atau pelukisan, anekdot, bertanya, kutipan dan amanat atau nasehat langsung.

Pendahuluan dengan pola ringkasan. Dengan pola ini, pada pendahuluan, tema atau topik beserta pokok-pokok pembahasannya dikemukakan. Hal ini sekedar memberikan gambaran kepada pembaca tentang apa yang ingin kita sampaikan.

Pendahuluan dengan pernyataan yang mengejutkan (menonjol). Misalnya, Anda mengambil tema tentang "Membasmi kejahatan". Pada bagian pendahuluan dengan pola ini, Anda dapat mengemukakan kalimat-kalimat seperti ini: Pelaku kejahatan sekarang benar-benar tidak bermoral, Bayangkan, disamping menjarah barang-barang, korban pun kadangkala harus menderita kerugian yang lain. Seorang nyonya telah diperkosa tiga perampok di depan mata suaminya yang terikat tak berdaya. Peristiwa yang terjadi pekan lalu di kota A ini dan dilansir banyak surat kabar tersebut, tentu bukan satu-satunya peristiwa kejahatan yang membuat dada kita sesak. Berpuluh-puluh peristiwa serupa terjadi di banyak tempat pula.

Pendahuluan dengan pola penggambaran (pelukisan). Anda mendahului artikel tersebut dengan memberikan gambaran atau melukiskan sesuatu, baik yang sudah terjadi atau sedang terjadi.

Pendahuluan dengan anekdot. Anda berupaya menghibur pembaca dengan pendahuluan yang berusaha memancing untuk tertawa atau tersenyum.

Pendahuluan dengan pola bertanya. Anda ajukan pertanyaan yang merangsang pembaca untuk mengetahui apa jawabannya.

Pendahuluan dengan pola kutipan. Anda dapat mengambil ucapan atau tulisan seseorang yang ternama. Misalnya, ucapan atau pendapat Bung Karno tentang revolusi, cinta, kebudayaan dan lainnya.

Pendahuluan dengan pola amanat atau nasehat langsung. Anda dapat berakrab-akrab dengan pembaca, dengan cara memberitahu atau menasehati (tidak menggurui). Misalnya, artikel tentang kesehatan, "Mencoba Melawan Maag". Pada bagian pendahuluannya, Anda dapat menulis seperti ini : Anda sudah makan? Kalau belum, ayo cepat-cepat, jangan sampai terlambat. Sebab, terlambat makan itu berbahaya.

Tubuh di dalam artikel, berisi semua gagasan, pemikiran-pemikiran, ide, ungkapan-ungkapan peristiwa yang akan dituturkan kembali dan semua pokok permasalahan di dalam tema atau topik artikel tersebut. Untuk lebih mudahnya, di dalam tubuh artikel dibagi dalam beberapa anak judul atau sub-judul.

Penutup juga bermakna implisit. Jadi, kata-kata 'penutup' ini (sebaiknya) tidak ditulis sebagai suatu istilah di dalam artikel. Penutup haruslah dinyatakan dengan kalimat-kalimat yang menyelesaikan artikel dengan sasaran pembaca akan terbawa untuk berpikir, menjawab, mengingat dan memperdebatkan lagi dalam dirinya sendiri.

Sekarang, bagaimana kalau kita berdakwah melalui artikel? Atau bagaimana kita menulis suatu artikel yang bernuansa dakwah?

Pertama-tama yang harus diperhatikan, artikel bernuansa dakwah itu akan dikonsumsikan ke media apa. Ke media massa (pers) khusus Islam atau ke pers umum? Menulis artikel dakwah untuk media pers khusus Islam tentu memiliki teknik dan cara yang sedikit berbeda dengan menulis di media pers umum. Media pers khusus Islam, pembacanya sudah jelas, Muslimin dan Muslimat. Sedangkan media pers umum, pembacanya heterogen serta berasal dari beragam latar-belakang agama dan kepercayaannya.

Diperlukan kita-kiat atau strategi tertentu bila kita menulis artikel dakwah di media pers umum. Dua hal penting yang tak boleh dilupakan dalam menulis artikel dakwah di media pers umum, adalah tulisan itu harus menyampaikan kebenaran ajaran-ajaran Islam dan disampaikan dengan teknik serta metode-metode penulisan ilmiah populer. Dalam pengertian, artikel yang berbicara tentang kebenaran Islam itu disajikan dengan metode-metode memenuhi syarat keilmuan serta disampaikan melalui bahasa yang populer, komunikatif, enak dibaca, dan mudah dicerna pembaca.

Karena luasnya sasaran pembaca media pers umum, maka penulis artikel dakwah di media pers umum harus mampu memahami tentang aneka ragamnya latar belakang agama., latar belakang sosial, tingkat intelektual, tingkat perhatian, daya baca, kebiasaan membaca dan selera baca publik pembacanya.

Perlu diingat dalam menulis artikel dakwah, penulis tak hanya menggunakan kaidah-kaidah dalam bahasa jurnalistik tetapi juga menggunakan kaidah-kaidah dan tatanan nilai bahasa agama, dalam hal ini Islam.

Bahasa jurnalistik itu memiliki sifat singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Sedangkan bahasa agama, adalah bahasa yang mengedepankan kemurnian, kebenaran, kebersihan, jauh dari kata-kata kotor, kasar, tak simpatik dan menyingkirkan kata-kata bernada hasutan kedengkian.

Artikel dakwah di media mana pun, media pers khusus maupun media pers umum, haruslah menghindari kata-kata atau kalimat kalimat yang memperolok-olokkan dan mencela orang lain (agama lain), penuh prasangka buruk, penuh kesombongan serta menyinggung perasaan. Hal ini sesuai dengan firman Tuhan dalam Al-Quran :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain karena boleh jadi kaum yang diperolok-olokan itu lebih baik dari mereka yang mengolok-ngolok dan jangan pula wanita-wanita mengolok-ngolok wanita lain karena boleh jadi wanita yang diperolokkan lebih baik dari wanita yang mengolok-ngolokkan. Dan jangan lah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan sebutan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruh sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang dhalim. (QS Al Hujurat: 11)

Lantas apa yang harus kita utarakan atau kemukakan di dalam artikel dakwah itu? Kita tak perlu bersusah payah, cukup kembali ke Al Quran dan Hadits, dua sumber utama ideologi Islam. Tak ada yang dapat menyangkal bahwa Al-Quran dan Hadits merupakan sumber kebenaran, serta sumber keilmuan yang tak pernah kering. Sumber yang tiada habisnya untuk kita gali dan sampaikan kepada khalayak pembaca.

Segala hal yang berkaitan dengan tatanan kehidupan umat manusia terdapat di dalam Al Quran dan Hadits. Misalnya tentang pemerintahan, demokrasi, lingkungan hidup, cinta kepada Tanah Air, manajemen, kesehatan, hukum, perkawinan, sopan santun dalam pergaulan serta hubungan antar pribadi sampai hubungan antar bangsa.

Sumber : Dari berbagai sumber
Read more...
Minggu, 22 Februari 2015

Feature Yang Islami

1 komentar


Media pers, seperti surat kabar dan majalah tidak hanya sarat dengan informasi-informasi berwujud berita, tetapi juga diwarnai dengan bentuk-bentuk tulisan lainnya yang bersifat ganda, memberi informasi dan sekaligus menghibur. Misalnya tulisan-tulisan human interest, feature atau karangan khas dan lain lainnya.

Pembicaraan kali ini, hanya terbatas dan berkisar pada bentuk tulisan di media-massa atau media pers yang dikenal dengan sebutan feature.
Apa itu feature?

Batasan arti atau definisi dari feature sangat luas dan beragam. Para ahli komunikasi mempunyai pengertian-pengertian tersendiri, walau pada dasarnya sama. Bila di Indonesia-kan, feature dapat diartikan sebagai berita kisah atau karangan khas.

Feature disebut berita kisah, karena bentuk tulisan ini lebih banyak menekankan pada unsur 'kisah' dari suatu obyek penulisan. Dan disebut karangan khas, karena feature memiliki sifat khusus, yakni memberikan hiburan disamping informasi.

Fungsi surat kabar atau pers sudah jelas. Selain memberikan informasi, juga mendidik dan menghibur. Menghibur bukan dalam arti menyajikan tulisan-tulisan atau informasi-informasi mengenai jenis hiburan yang disenangi masyarakat. Akan tetapi, menghibur dalam arti menarik pembaca dengan menyuguhkan hal-hal yang ringan di antara sekian banyak informasi berita yang 'berat' dan serius.

Pembaca memerlukan 'menu selingan' lainnya. Menu selingan itu adalah feature. Karena feature, selain menyuguhkan informasi serius juga memberikan waktu kepada pembacanya untuk tertawa, tersenyum atau mungkin pula terharu. Di samping membuka pemikiran-pemikiran atau wawasan baru yang tentunya bermanfaat bagi pembacanya.

Feature Merupakan tulisan yang mampu menjangkau beragam warna kehidupan di tengah-tengah masyarakat. rasanya bagai tidak ada suatu pun warna kehidupan yang tak dapat disentuh oleh penulisan feature.

Obyek feature tersebar luas, sejak dari gedung-gedung bertingkat hingga ke perkampungan-perkampungan penduduk yang paling kumuh. Dari kehidupan mewah seorang jutawan, sampai ke derita seorang gelandangan yang kelaparan.

Namun secara garis besarnya, feature terbagi dalam berbagai jenis. Antara lain human interest feature, feature mengenai kisah seseorang (biografi), feature mengenai sejarah, feature perjalanan, feature ilmu pengetahuan, feature mengenai duka cita, dan bencana serta feature mengenai perjuangan kehidupan.

Meski disebut sebagai 'menu selingan' membuat atau menulis feature tidak semudah dan seringan kesan maupun arti dari feature itu sendiri. Hal utama yang harus diperhatikan seseorang manakala akan memulai menulis feature, apakah ia benar-benar memiliki kepekaan berpikir yang dalam terhadap apa yang akan ditulisnya? Apabila rasa kepekaan yang dalam terhadap obyek penulisan itu tidak dimiliki, sudah sepantasnya niat untuk menulis feature itu dibatalkan saja. Karena sudah dapat dipastikan, si penulis akan mengalami kerepotan dalam memaparkan apa yang ingin dipaparkannya dalam tulisan tersebut.

Selain memiliki kepekaan yang dalam dan tajam terhadap apa yang ada serta terjadi di sekelilingnya, penulis feature juga dituntut untuk memiliki pengalaman kehidupan yang luas. Sehingga dengan kepekaan pikiran dan kekayaan pengalaman ditopang kemampuannya dalam menulis, si penulis akan dapat mengembangkan daya imajinasinya untuk membawa pembaca benar-benar terlibat dan masuk ke dalam tulisannya itu.

Jika penulisan berita harus terkait dengan teori atau rumus 5 W 1 H, yakni What, Who, Where, When, Why dan How, maka feature tidak harus tunduk dengan aturan ini. Feature memiliki teknik penulisan dengan struktur bebas. Ia tidak terpaut dengan gaya maupun sistem piramida terbalik, yaitu bagian yang menarik atau menonjol diletakkan pada bagian atas atau teras berita. Tetapi feature lebih banyak (selalu) menggunakan sistem piramida tegak. Dalam piramida tegak ini, bagian yang paling menonjol dan dramatis diletakkan pada bagian akhir tulisan.

Dalam penulisan berita ada tiga bagian utama yang harus diperhatikan, yakni pembukaan (lead), tubuh (detail) dan  penutup. Demikian pula halnya di dalam penulisan feature. Hanya perbedaannya, pada feature - pembukaannya merupakan bagian tulisan yang menarik perhatian pembaca, tubuh tulisan berisikan detail peristiwa dan klimaksnya terletak pada bagian penutup.

Feature akan terasa dekat dengan pembaca, apabila pengungkapan suasananya dilakukan dengan mengetengahkan dialog atau percakapan-percakapan. Gaya penulisan yang narasi (berbicara) juga amat mendukung menariknya suatu feature. Bahkan teknik penulisan feature dapat dilakukan juga dengan mencontoh gaya penulisan cerpen. Biasanya banyak pembaca yang senang dengan cerita pendek. Perbedaannya tentu saja, jika cerpen mengetengahkan fiksi, sedang feature adalah fakta dan kenyataan atau non-fiksi.

Hal lain yang tidak bisa diabaikan, seorang penulis feature haruslah memiliki daya imajinasi yang kuat. Tanpa memiliki daya imajinasi yang tinggi, penulis feature tidak akan bisa berbuat apa-apa dengan featurenya. Perlu pula diingat, feature yang berhasil adalah feature yang dapat memberikan sentuhan emosi pada pembacanya.

Lalu, apa dan bagaimana feature yang Islami itu?
Secara sederhana feature yang Islami dapat disebut sebagai feature yang isinya memiliki pesan dakwah dan sasaran tercapainya keberhasilan syiar Islam.

Sesungguhnya feature atau berita kisah bukanlah sesuatu yang baru dalam sejarah perjalanan dan perkembangan Islam. Bila menilik dalam pengertian bahasa, Hadist dapat diartikan sebagai berita kisah atau berita peristiwa yang bersumber pada aktivitas kenabian Rasulullah saw.

Para perawi Hadits seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Turmudzi, Abu Dawud, Ibnu Huzaimanh, Ibnu Hibban dan Muwaththa Imam Malik sesungguhnya merupakan penulis-penulis feature yang baik. Karenanya kitab-kitab kumpulan Hadits seperti kitab AL-Jami 'us-Shaheh dari Imam Bukhari sebenarnya kumpulan feature-feature yang Islami.

Lantas sekarang, feature Islami yang seperti apa bisa ditulis? Jawabannya sangat sederhana. Kita kembali melihat kepada jenis-jenis feature. Pada dasarnya seluruh jenis feature itu dapat dipilih untuk dijadikan feature yang bernuansa dakwah.

Feature mengenai kisah seseorang (biografi) dapat dipilih untuk menulis biografi para ulama dan pemuka-pemuka Islam terkenal, yang telah mengorbankan serta mengabdikan kehidupannya bagi syiar Islam. Feature sejarah dapat dipilih untuk menulis sejarah-sejarah yang berkaitan dengan perjuangan dan pengembangan Islam. Misalnnya, sejarah perjuangan para Wali dalam menyebarluaskan agama Islam kepada penduduk di Pulau Jawa.

Feature mengenai perjuangan kehidupan, dapat dipilih bila kita ingin menulis feature tertang perjuangan kehidupan seorang ulama, kyai atau pemuka Islam. Misalnya, Perjuangan kehidupan seorang ulama yang menghadapi banyak tantangan ketika berupaya menyadarkan suatu kelompok masyarakat di kawasan terpencil tentang kebenaran yang diberikan Islam. Pada dasarnya tak ada satu sisi kehidupan pun yang tidak dapat disentuh oleh penulisan feature yang Islami, bila kita memang ingin melakukannya.

Sumber : dari berbagai sumber
Read more...
Jumat, 20 Februari 2015

Tuhan: Kebenaran Sejati

0 komentar


Kebenaran berharga tak ternilai, bahkan tidak bisa ditukar dengan nyawa sekalipun. Hadhrat Bilal ra. yang menemukan Kebenaran Sejati dalam ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. rela disiksa sampai kritis oleh kaum kafir Quraisy demi kebenaran yang diyakininya. Begitu pula dengan Mln. Abdul Latif dari Afganistan, yang bertahan pada kebenaran Sejati yang disampaikan Imam Mahdi, Penerus Perjuangan Suci Nabi Muhammad saw, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. dan ikhlas disyahidkan dengan cara dirajam atas perintah penguasa kejam Afganistan, Habibullah Khan.



Bagi orang beriman, Kebeneran Sejati itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Allah Ta'ala. Tuhan adalah sebuah Realitas Yang Abadi. Sebuah Realitas yang tidak akan pernah berubah bahkan dalam kondisi lingkungan semesta yang berubah.

Dalam sebagian manifestasi-Nya di alam semesta ini, Kebenaran Sejati itu nampak dalam diri para Nabi. Kebenaran yang diraih oleh seorang Nabi sangat berbeda jauh dengan kebenaran yang diraih oleh para ahli filsafat. Jika para ahli filsafat mencari kebenaran dengan mengandalkan rasionalitas, fakta, memanfaatkan kata-kata dan kalimat, serta bukti otentik, maka seorang Nabi mendapat petunjuk pada Kebenaran Sejati itu langsung dari Tuhan, melalui Wahyu, Kasyaf dan Ilham.

Dalam wahyu Tuhan, Kebenaran Sejati itu adalah Tuhan sendiri. Dan inilah yang diimani oleh kaum Mukmin sepanjang jaman.

Rene Descartes yang dijuluki "Bapak Filsafat Modern" dan peletak dasar aliran rasionalisme, berpendapat bahwa sumber utama pengetahuan pada sebuah kebenaran itu adalah rasio atau akal. Dalam hal memanfaatkan akal secara maksimal untuk mencari kebenaran, pendapat Descartes sangat sesuai dengan perintah Allah Ta'ala dalam Al Quran. Kata "akal" dalam Al-Quran disebut sebanyak 49 kali. Seluruhnya dalam bentuk fiil mudhari ; kecuali satu yang berbentuk fiil madhi.

Al-Quran menyebutkan "akal" dalam maknanya sebagai 'aktivitas menggunakan akal', yaitu seruan yang mengajak kita untuk menggunakan akal melalui aktivitas berfikir, mengamati, memahami dan mempelajari segala sesuatu guna mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap kejadian dan semacamnya sebagai jalan menuju Kebenaran Sejati, yaitu Tuhan Yang Maha Tinggi.

Sedangkan Descartes menempatkan ego individual dan kemerdekaan akal manusia lebih tinggi di atas wahyu dari Allah. Dia sangat mengagungkan rasionalitas dan penggunaan akal secara total. Dalam renungan filosofinya itu, dia pun munculkan teori filsafat "Aku berfikir, maka aku ada".

Memang Descartes akhirnya mengakui eksistensi Tuhan dengan penjelasannya; "Sebab harus lebih besar, sempurna. dan baik dari akibat". Tapi akhirnya dia terjebak pada pendapat Tuhan adalah suatu mahluk sempurna yang tak terhingga.

Para Nabi tidak hanya menyampaikan konsep tentang ajaran Ketuhanan yang benar tapi juga sebagai wujud 'Tali' Tuhan di dunia. Layaknya sebuah tali yang berfungsi untuk menghubungkan antara dua benda, begitu pula seorang Nabi memiliki peran untuk menghubungkan mahluk dengan Khalik-nya.

Orang-orang yang beruntung mendapat pengetahuan Kebenaran Sejati melalui para Nabi dan sekuat tenaga mentaati ajaran mereka, bisa memiliki hubungan istimewa dengan Tuhan. Tingkah laku mulia mereka yang mendekati prilaku mulia Nabi yang mereka ikuti itu menjadi bukti sekaligus sarana untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan. Maka tidak heran jika Hadhrat Bilal ra. dan Mln. Abdul Latif ra. rela mengalami siksaan pedih dari para pendosa karena sudah menjadi saksi mata dari sebuah penampakan kebesaran dari Kebenaran Sejati yang dikenal oleh para Nabi.

Selama Tuhan Sendiri yang berkehendak untuk menampakkan Kebenaran-Nya itu, maka tidak ada satu pun kekuatan yang akan mampu menghalangi-Nya untuk mengutus Nabi-Nya. Dalam sudut pandang ini, seorang Nabi itu sangat dibutuhkan oleh umat manusia demi untuk mengenal secara benar Tuhan Yang Maha Esa sepanjang jaman hingga Hari Akhir.

Benar, Kitab Suci yang sangat sempurna (AL-Quran) itu ada, tapi dalam perkembangan zaman yang terus berbeda ia memerlukan orang untuk bisa 'menyentuh' isinya yang sangat dalam itu. Al-Quran sendiri menyebut, hanya orang-orang yang disucikan oleh Allah Ta'ala saja yang mampu menangkap dan mengurai kebenaran Al-Quran secara jitu dan tentu saja orang pilihan Tuhan yang dimaksud itu berlevel rohani Nabi.

Akhirnya, Kebenaran Sejati yang diraih oleh manusia atas perantara para Nabi yang mendapat petunjuk langsung dari Tuhan, nilainya lebih tinggi dari kebenaran yang diraih oleh para filsuf. Kebenaran yang disampaikan oleh para Nabi memiliki daya pensucian (quwwatun qudsiyah) yang berpengaruh pada revolusi perilaku mulia manusia, sedangkan kebenaran yang disampaikan oleh para filsuf hanya berpengaruh pada pola pikir individu yang terbatas.

sumber : edaran khusus
Read more...
Kamis, 19 Februari 2015

Jurnalistik Dakwah

0 komentar


Cara berdakwah dimanapun pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Baik di masjid-masjid, gedung-gedung pertemuan maupun rapat-rapat akbar, prinsip-prinsip dakwah tidak pernah berbeda. Demikian pula pada persoalan materi atau ideologi dakwah yang di emban tidak akan pernah berbeda. Semuanya senantiasa berpegang kepada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah.

Akan tetapi berdakwah lewat pers tentunya memiliki teori-teori atau cara-cara tersendiri yang sangat berkaitan erat dengan metode-metode jurnalistik yang ada dalam kaidah-kaidah ilmu komunikasi massa.

Tanpa mengecilkan peran sarana dakwah lainnya, berdakwah di koran atau media pers lainnya memang tidak semudah berdakwah di forum-forum pertemuan. Ada pendakwah atau muballigh yang didak mau tahu apakah dakwahnya didengar maupun diterima oleh pengunjung di dalam suatu forum atau tidak diperhatikan sama sekali. Pendakwah tersebut hanya cukup berpuas diri bahwa ia sudah bisa bicara panjang lebar.

Situasi semacam itu tentunya tidak boleh terjadi dalam berdakwah melalui pers. Lantas langkah seperti apa yang harus ditempuh? Langkah pilihannya tentu mewujudkan adanya jurnalistik dakwah yang efekrif, relevan serta mampu mengiringi perubahan dan kemajuan zaman.

Jurnalistik dakwah yang diinginkan itu tidak hanya bertumpu pada keberadaan ilmu komunikasi massa (publisistik) semata. tetapi juga harus ditopang dengan 'keampuhan' beberapa ilmu lainnya, seperti psikologi, bahasa, kebudayaan, dan ilmu agama.

Kondisi umat atau masyarakat yang akan dijadikan sasaran dar jurnalistik dakwah itupun haruslah terlebih dulu dipahami. Umat bila digolongkan dalam tingkat pemikirannya akan terbagi dalam tiga kelompok. Pertama, umat yang berpikir kritis. Kedua, umat yang mudah dipengaruhi. Dan ketiga, umat yang bertaqlid. (DR. H. Hamzah Ya'cub, 1973).

Dengan melihat pada kondisi umat yang ada, Jurnalistik dakwah haruslah mampu memilih tema dan sasaran dakwah yang tepat, sehingga apa yang disampaikan akan mengena pada maksud dan tujuannya. Penulis atau pendakwah harus mampu merangsang dan membawa pembacanya sedemikian rupa pada pokok sasaran yang diinginkan, hingga ia akan terbawa dan terlibat dalam persoalan yang disajikan.

Jurnalistik dakwah tentunya menuntut penyajian kata-kata yang selektif dan tidak bertele-tele. kalimat yang bertele-tele dan ada kesan melantur hanya akan membuat pembaca meninggalkan apa yang seharusnya dibaca. Teknik penulisan dakwah yang ilmiah populer tanpa melupakan hakekat dan cir-ciri dakwah, tentunya pula merupakan sesuatu yang paling tepat untuk digunakan.
Berbicara tentang tema dakwah, banyak hak yang bisa diambil atau dikemukakan kepada publik pembaca. Dakwah seharusnya tidak semata-mata hanya berbicara tentang persoalan-persoalan apa yang dilarang atau dibenarkan oleh agama saja. Akan tetapi, dakwah harus pula mampu melihat ke cakrawala persoalan dan wawasan lebih luas dan global lagi.

Banyak hal yang bisa dipilih. Misalnya, bagaimana keterlibatan umat dalam ikut menegakkan dan mengamalkan hukum. Tidak saja hukum yang sudah ditentukan dalam ajaran-ajaran agama, tetapi juga hukum yang ditetapkan oleh negara. Kemudian bagaimana merangsang partisipasi umat dalam mensukseskan pembangunan nasional di segala bidang, seperti pembangunan ekonomi, keluarga berencana, pembangunan pertanian, kesehatan, lingkungan hidup, dan pendidikan. Demikian pula partisipasi umat dalam pembangunan politik, bisa juga dijadikan tema sentral yang menarik.

Dewasa ini memilih atau menjadikan pers sebagai sarana dakwah yang efektif merupakan pilihan tepat dan positif. Meskipun masih ada yang meragukan seberapa jauh daya jangkau pers, namun setidak-tidaknya bagi masyarakat kota peranan dan kemampuan pers dalam menciptakan terjadinya perubahan atau perombakan tata kehidupan masyarakat tak perlu diragukan lagi.

Sebab perlu diingat, dakwah merupakan perjuangan untuk memenangkan yang makruf atas yang munkar, yaitu perjuangan menegakkan yang haq dan menghancurkan kebathilan serta kesewenang-wenangan.
Read more...

Jurnalistik Dakwah Sebuah Harapan

0 komentar


Di tanah air kita, para pemikir dan pemuka Islam sudah sejak lama merisaukan tentang metode dakwah yang dijadikan pegangan selama ini. ada yang berpendapat. metode dakwah selama ini kurang menyesuaikan diri dengan perubahan atau perkembangan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. untuk itu diharapkan perlu dikaji serta dicari langkah metode dakwah yang efektif dan mengena pada sasaran.

Ketidakseimbangan hubungan dakwah dengan perubahan sosial itu sebenarnya sudah terpikirkan sejak jauh-jauh hari oleh para pakar dan pemuka Islam. Beberapa tahun silam, tepatnya di bulan Agustus 1982 di Yogyakarta telah diselenggarakan seminar nasional tentang Dakwah Islam dan Perubahan Sosial.

Salah satu dari hasil seminar yang diselenggarakan Pusat Latihan, Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (PLP2M) Yogyakarta tersebut antara lain menyebutkan bahwa dakwah Islam masih sangat kurang membina kegiatannya melalui media komunikasi seperti pers, buku, radio, televisi dan film.

Kenapa Harus Pers?
Selama ini tidak seorangpun menyangkal bahwa masjid merupakan pusat dakwah yang efektif. akan tetapi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang pesat dari tahun ke tahun, kini dakwah tak cukup hanya dipusatkan di masjid saja tanpa mencoba mencari alternatif lain mengembangkannya di luar masjid dengan mempergunakan sarana serta prasarana yang tersedia.

Di tengah-tengah perkembangan dan pembangunan sektor komunikasi yang menggembirakan sekarang ini, ajakan atau pemikiran untuk mengembangkan dakwah dengan mengerling ke pers tentu saja merupakan langkah yang tepat dan bijak. Terlebih-lebih bila dikaitkan dengan peranan, fungsi dan kerja pers sebagai agen pembaharuan dam membangun masyarakat Indonesia seutuhnya.

Sekarang sudah saatnya para pemikir, pakar, muballigh, ulama dan pemuka Islam lainnya memanfaatkan serta mempergunakan peluang maupun pengaruh yang dimiliki pers tersebut guna meningkatkan dakwah demi syiar Islam, disamping mewujudkan masyarakat Indonesia yang bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Harapan ini tentunya seirama dengan apa yang dinyatakan Hasan Basri Tanjung di harian Terbit (lihat - Pers Islam, Sebuah Dilema, Sabtu 21 Agustus 1933) yang menyatakan, beranjaknya kehidupan masyarakat pada tahap informasi telah mengajak kita untuk melangkah lebih jauh atau paling tidak sama dengan social change (perubahan sosial) yang ada.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, tambah Hasan Basri Tanjung, dakwah bil-lisan sudah tidak memadai lagi. Tapi harus mendapat dukungan dengan suatu media yang representatif dan relevan dengan cakrawala pemikiran manusia yang semakin maju.

Read more...
Rabu, 18 Februari 2015

Gambaran Umum dan Fungsi Jurnalistik

0 komentar


Di dalam pasal 1 ayat 1 Undang-undang Pokok Pers disebutkan, pers adalah lembaga kemasyarakatan alat perjuangan nasional yang mempunyai karya sebagai salah satu media komunikasi massa yang bersifat umum berupa penerbitan yang teratur waktu terbitnya diperlengkapi atau tidak diperlengkapi dengan alat-alat milik sendiri berupa percetakan, alat-alat foto, klise, mesin-mesin stensil atau alat-alat teknik lainya.
Sedangkan pada pasa 2 aya 1 UU Pokok Pers tersebut disebutkan, Pers Nasional adalah alat Perjuangan Nasional dan merupakan media massa yang bersifat aktif, kreatif, edukatif, informatoris dan mempunyai fungsi kemasyarakatan pendorong dan pemupuk daya pikiran kritis dan progresif meliputi segala perwujudan kehidupan masyarakat Indonesia.

Dalam pengertian yang lain, pers memiliki empat fungsi utama. Meliputi, sebagai pemberi informasi, pemberi hiburan, melakukan kontrol sosial dan mendidik masyarakat secara luas. Di masa pembangunan sekarang ini, sejak beberapa tahun terakhir sering terdengar istilah Jurnalistik Pembangunan atau Pers Pembangunan.

Dalam jurnalistik pembangunan, pers tidak lagi hanya bersifat menonjolkan berita-berita yang lazim dikenal selama ini, akan tetapi juga harus memberikan fokus perhatian pada masalah-masalah pembangunan serta akibat dari pembangunan yang sedang dijalankan. Pers dalam konsepini harus dapat memberikan harapan kepada masyarakat akan masa depannya. Sebab dengan menumbuhkan masa depan yang penuh harapan, pers dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. (Lihat-Dja'far H. Assegaff, Jurnalistik Masa Kini, 1983)

Jadi jelasnya, pers mempunyai peran dan fungsi yang besar dalam menciptakan suatu sikap pembaharuan dalam perilaku dan tatanan sosial seta sikap-budaya masyarakat. Khususnya dalam memperbaharui pola pikir masyarakat yang tradisional ke pola pikir modern, terlebih-lebih dalam kaitan merangsang serta menarik keikutsertaan masyarakat untuk terlibat secara nyata dalam gerak pembangunan.
Read more...

Pers dan Perubahan Sosial

0 komentar


Setiap bangsa atau masyarakat yang ingin berkembang dan maju, pasti mengalami perubahan-perubahan sosial, baik terjadi secara lambat maupun cepat.

Menurut Doyle Paul Johnson (1988), Perubahan sosial masih merupakan perhatian utama banyak ahli teori sosial. Dikatakannya, banyak ahli sosial modern menaruh perhatian pada berbagai segi perubahan sosial dan beberapa berusaha untuk menunjukkan kecenderungan yang akan memungkinkan proyeksi-proyeksi tentang masa depan itu dapat dibuat.


Soerjono Soekanto (1985) telah pula menjelaskan pendapat sejumlah sosiolog mengenai definisi perubahan sosial tersebut. Kingsley Davis misalnya, ia berpendapat perubahan-perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Gillin berpendapat, [erubahan sosial adalah suatu variasi dan cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, ideologi maupun karena adanya penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Kemudian Samuel Koenig berpendapat. perubahan-perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab yang intern maupun ekstern.


Lantas dapat pula diartikan, perubahan-perubahan sosial merupakan segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perikelakuan ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelopok-kelompok sosial. (LIhat - Drs. Riyono Pratikto, Komunikasi Pembangunan, 1979)

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat itu dapat berwujud perubahan pada nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, struktur-struktur organisasi, lembaga-lembaga, lapisan-lapisan masyarakat, relasi-relasi sosial disamping sistem-sistem komunikasi. Semua perubahan sosial itu pasti akan bermuara pada tujuan tercapainya suatu kemajuan dalam berbagai segi dan aspek kehidupan.

Bagi bangsa Indonesia, perubahan sosial yang diinginkan adalah terwujudnya tingkat kehidupan yang lebih layak, kesehatan memadai, pendidikan yang cukup serta keamanan dan kesejahteraan lahir batin.

Perubahan-perubahan sosial yang diingikan itu pasti akan terwujud bila masyarakat sendiri menyadari sepenuhnya peran dan tanggungjawabnya untuk berpartisipasi dalam setiap gerak dan aktivitas pembangunan.

Sebagai agen pembaharu, di sinilah peran pers sangat dibutuhkan. Karena lewat informasi-informasi sebagai hasil kerja jurnalistik yang disajikan kepada masyarakat pembaca, pers dapat merangsang proses pengambilan keputusan di dalam masyarakat, serta membantu mempercepat proses peralihan masyarakat yang semula berpikir tradisional ke alam pikiran dan sikap masyarakat modern.

Guna terwujudnya perubahan sosial itu, hal yang pertama dilakukan adalah menyadarkan masyarakat akan arti penting suatu perubahan bagi peningkatan kesejahteraan. Langkah berikutnya, menunjang perubahan itu dengan upaya-upaya ke arah tercapainya pemenuhan kebutuhan.

Lantas langkah-langkah atau peran apa saya yang bisa dilakukan pers atau mass-media dalam mewujudkan terjadinya suatu perubahan sosial yang mengarah pada tercapainya suatu tingkat kemajuan demi suksesnya sasaran pembangunan masyarakat seutuhnya?

Meminjam pendapat Wilbur Schramm, ada sembilan peranan pers yang sangat membantu terwujudnya proses perubahan sosial di kalangan masyarakat. Ke sembilan peranan pers itu, meliputi: pers dapat memperluas cakrawala pemikiran, dapat memusatkan perhatian, mampu menumbuhkan aspirasi, mampu menciptakan suasana pembangunan, mampu mengembangkan dialog tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah politik, mampu mengenalkan norma-norma sosial, mampu menumbuhkan selera, mampu merubah sikap yang lemah menjadi sikap yang lebih kuat dan mampu sebagai pendidik.

Apa yang dikemukakan Schramm memang tidak berlebihan. Kemampuan tentang mendidik misalnya, program Koran Masuk Desa (KMD) sudah cukup menjadi bukti bagaimana masyarakat petani di pedesaan mendapat banyak pengetahuan baru tentang beragam tata cara bercocok-tanam atau bertani, sampai ke persoalan-persoalan pengairan.

Melihat pada apa yang telah dikerjakan pers selama ini, dalam kaitan menyampaikan berbagai informasi serta gagasan-gagasan mengenai pembangunan kepada masyarakat, terlihat jelas bahwa fungsi dan peranan pers dalam perubahan sosial di tengah masyarakat tak dapat diingkari.

Pers atau kerja jurnalistik telah memberikan sumbangan yang besar dan amat berharga dalam merubah sikap pandang dan perilaku masyarakat untuk tanggap dan menerima kehadiran teknologi-teknologi baru.

Lewat tulisan atau berbagai informasi yang disajikan, pers akhirnya  mampu mempengaruhi, merangsang serta menggerakkan masyarakat untuk turut serta terlibat secara aktif dalam beragam gerak dan aktivitas pembangunan di segala sektor.

Pers telah mencoba menempuh berbagai cara untuk 'masuk lebih jauh' ke berbagai ragam persoalan kehidupan masyarakat, baik di kota maupun pedesaan. Misalnya di bidang kesehatan, pers sudah demikian gencarnya menginformasikan tentang perlunya menjaga kesehatan, menjaga kebersihan dan menghindari penyakit.

Demikian pula di bidang pembangunan hukum, pers pun tak pernah berhenti memberitakan kepada masyarakat tentang bagaimana menghindari kejahatan, bagaimana menghadapi tindakan kriminalitas dan bagaimana tentang hak maupun kewajiban seseorang di depan hukum.

Jadi jelaslah, dalam pembangunan sektor keagamaan pun, pers memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis. Pers dapat dijadikan sarana dakwa yang efektif, demi pengembangan dan keberhasilan syiar Islam. Persoalannya sekarang, mampukah kita memanfaatkan peluang pers yang strategis itu?
Read more...

Jurnalistik Sebagai Agen Pembaharu

0 komentar


Wilbur Scharamm (1982) menyatakan, peranan mass-media dalam pembangunan nasional adalah sebagai agen pembaharu. Letak peranannya dalam hal membantu mempercepat proses peralihan masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat modern. Khususnya peralihan dari kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan ke arah sikap baru yang tanggap terhadap pembaharuan demi pembangunan.

Peranan dan efektivitas pers sebagai sarana komunikasi dalam memperlancar pembangunan serta mewujudkan terjadinya perubahan-perubahan sosial yang positif dengan membawa berbagai informasi dan gagasan guna membangkitkan gairah masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan sudah cukup dirasakan.


Meskipun hingga kini masih ada permasalahan yang dihadapi, yakni sampai seberapa jauh informasi-informasi yang disampaikan pers melalui kerja jurnalistik itu mampu diserap dan diterima masyarakat secara luas. Mengingat, daya baca atau daya raih masyarakat, baik dipedesaan, di daerah-daerah tepian kota bahkan di dalam kota sendiri terhadap pers masih terbilang terbatas.
Read more...

Jurnalistik, Peran dan Pengaruhnya

0 komentar

Untuk mencapai sasaran dari berbagai program pembangunan, termasuk program pembangunan di bidang agama, suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan adalah keikutsertaan bidang kerja jurnalistik, serta berbagai sarana komunikasi yang menyalurkan dan membawa gema, pesan maupun aktivitas pembangunan itu sendiri.

Apa yang dimaksud dengan jurnalistik? Menurut Dja'far H. Assegaff (1983), jurnalistik merupakan kegiatan untuk menyampaikan pesan atau berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media, baik media cetak maupun media elektronik.


Dalam kaitan itu, aktivitas jurnalistik serta komunikasi ditujukan atau diarahkan guna mencapai serta mewujudkan iklim yang dapat menumbuhkan pengertian yang tepat di kalangan masyarakat akan tujuan pembangunan tersebut.

Guna mencapai itu semua, diperlukan peranserta pers atau mass media sebagai salah satu ajang kerja jurnalistik dan sarana komunikasi. Oleh karenanya kebijaksanaan dalam memberikan penerangan tentang pembangunan kepada masyarakat luas, tidak boleh tidak harus melibatkan keikutsertaan pers. Istilah pers di sini, dibatasi pada media surat kabar maupun majalah, sebagai wahana penyampaian informasi pembangunan sektoral, lintas sektoral dan dunia.

Hal ini dikarenakan pers atau bidang kerja jurnalistik pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai pemberi informasi, pemberi hiburan dan melaksanakan kontrol sosial disamping sebagai pendidik. Dengan fungsi-fungsi itu pers memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap masyarakat.

Melalui pengaruhnya, pers dapat membawa dan menyampaikan pesan-pesan maupun gagasan-gagasan pembangunan. Demikian pula dalam pembangunan di bidang sosial budaya atau bentuk-bentuk kehidupan di dalam masyarakat, misalnya dalam mewujudkan terjadinya perubahan sosial atau peralihan masyarakat tradisional ke masyarakat modern, pers dengan pengaruhnya dapat mempercepat proses perubahan sosial maupun peralihan itu.
Read more...

Ahlus Sunnah Wal Jamaah Zaman Globalisasi

0 komentar

Ahlus-Sunah Wal-Jamaah pada masa Khulafaur-Rasyidin adalah umat Islam yang berada di bawah komando Imam-Imam secara berurutan, yaitu: Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq radiyallaahu 'anhu, kemudian Khalifah Umar bin Al-khaththab radiyallaahu 'anhu, kemudian Khalifah Usman bin Affan radiyallaahu 'anhu, dan kemudian KHalifah 'Ali bin Abi Thalib radiyallaahu 'anhu.

Adapun sesudah masa 4 Khulafa'ur-Rasyidin tersebut umat Islam mulai pecah menjadi firqah-firqah yang semakin lama semakin bertambah jumlahnya. Kondisi kaum muslimin yang demikian itu telah dinubuwatkan oleh Rasulullah shalallaahu 'alaihu wa sallam bahwa umat beliau akan pecah menjadi 73 firqah yang dalam bahasa Arab berarti menunjuk jumlah yang banyak sekali, secara matematis dapat lebih banyak dari angka 73. Pada masa ini, kaum muslimin banyak diwarnai oleh para penguasa zhalim yang suka menindas dan bertindak diktator, yang dalam Hadits Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam dinubuwatkan sebagai "mulkan 'adhan dan mulkan jabariyyah" yaitu kerajaan yang zalim dan kerajaan yang otoriter.

Dalam masa kerusakan umat Islam tersebut, Allah subhaana-Hu wa ta'aala masih menunjukkan kasih sayang-Nya kepada mereka dengan membangkitkan Mujaddid-mujaddid-Nya sesuai dengan kebutuhan pemahaman agama mereka saat itu. Kaum Muslimin yang mengenal dan mengikuti Mujaddid pada abadnya itulah yang termasuk Ahlus Sunah Wal Jamaah masa itu. Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :

ان الله يبعث هذه الامة على راس كل ماة سنة من يجددلها دينها
"Sesungguhnya Allah akan senantiasa membangkitkan untuk umat ini pada awal setiap abad orang yang memperbarui pemahaman agamanya (mujaddid)," (HR Abu Daud, 36:1; dan Kanzul-Umal, JUz XII/34623) 
 Adapun nama-nama Mujaddid yang telah dibangkitkan sesudah masa 4 Khulafaur-Rasyidin dari abad pertama Hijriyah hingga abad empat belas HIjriyah menurut Nawwab Shiddiq Khasan bin Ali Al-Qanuji rahumahullaahu (1258-1307 H) dalam kitabnya Hujajul-Kiraamah fii Atsaaril-Qiyaamah, halaman 135-139, ialah sebagai berikut:
  1. Hadhrat Umar bin Abdil-Aziz rahimahullaahu;
  2. Hadhrat Syafi'i dan Hadhrat Imam Hambali rahimahullaahu 'anhuma;
  3. Hadhrat Imam Abu Syarah dan Hadhrat Imam Abu Hasan Al-Asy'ari rahimahullaahu 'anhuma;
  4. Hadhrat Imam Ubaidillah dan Hadhrat Imam Qadhi Abu Bakar Baqlani rahimahullaahu 'anhuma;
  5. Hadhrat Imam Hgazali rahimahullahu;
  6. Hadhrat Syekh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullaahu;
  7. Hadhrat Ibnu Taimiyah dan Khawaja Mu'inuddin Chisti rahimahullaahu 'anhuma;
  8. Hadhrat Ibnu Hajar Al-Atsqalani dan Hadhrat Shalih Ibnu Umar rahumahullahu 'anhuma;
  9. Hadhrat Sayyid Muhammad Janfuri rahimahullaahu;
  10. Hadhrat Jalaluddin As-Sayuthi rahimahullaahu;
  11. Hadhrat Syekh Ahmad Sirhind Mujaddid Alfi Tsani rahumahullahu;
  12. Hadhrat Syekh Waliyullah Ad-Dehelwi rahimahullaahu;
  13. Hadhrat Sayyid Ahmad Berelwi rahimahullaahu.
Sedangkan Mujaddid abad ke-14 akan bergelar Al-Mahdi dan Al-Masih.

Mengingat setiap Mujaddid itu dibangkitkan oleh Allah subhaana-Hu wa ta'aala, maka ia memberitakukan kepada umatnya agar mereka mengerti dan mengikutinya. Demikian pula, pada tahun 1882, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad mengumumkan kemujaddidan beliau melalui 20.000 eksemplar selembaran. Diantara pengakuan beliau sebagai mujaddid adalah berbunyi sebagai berikut:
ووالله انى قدتبعت محمدا وواتته انى جئت منه محمدا
"Dan demi Allah, sesungguhnya aku mengikuti Muhammad dan demi Allah sesungguhnya aku datang sebagai Mujaddid dari-Nya." (Al-Istifta, hal.354)
Adapun Ahlus Sunnah Wal Jamaah pada abad XIV yang dibangun Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau'ud 'alaihis-salaam akan terus berdiri dan berkembang menuju kesempurnaan hingga Hari Qiyamat. Jamaah inilah yang disebut Khilafaah 'alaa MInhaaji Nubuwwah dalam Hadits (HR Abu Daud Al-Thayalisi, Abu Daud, Ahmad bin Hanbal dalam "Musnad"-nya dari Numan bin Basyir dari Khudzaifah rhadiyallaahu 'anhu; dan Kanzul-Umal, Juz VI/15114
Read more...
Selasa, 17 Februari 2015

Makna Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah

2 komentar

Ahlun artinya orang yang menaati atau pengikut, sebagaimana pernyataan :

اهل اتمذهب من يدين به واهل الاسلام من يدين به
"Ahlul-madzhabi artinya orang yang mengikuti madzhab itu dan Ahlul-Islami artinya orang yang mengikuti islam itu." ( Lisaanul-'Arab, Juz 1 halaman 253 )

As-Sunnah maksudnya Hadits Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana pernyataan :
الكتاب والسنة اي القران والحديث
"Al-Kitaabu was-Sunnatu berarti Al-Quran dan Hadits." ( Lisaanul-'Arab, halaman 399 )

Secara terminology Hadits itu sinonim dengan Sunnah, Keduanya diartikan sebagai segala sesuatu yang diambil dari Rasullah shalallaahu 'alaihi wa sallam, sebelum dan sesudah diangkat menjadi Rasul. Akan tetapi bila disebut kata "Hadits" umumnya dipakai sebagai segala sesuatu yang diriwayatkan setelah kenabian, baik berupa sabda, perbuatan maupun taqrir atau ketetapan (ajmu'atul-Fataawaa Ibnu Taimiyah, dan Ushulul-hadits DR. M. Ajaj Al- Khathib, hal. 8 ). 


Adapun Al-Jamaa'ah artinya identik dengan Al-Ummah (Al-Mujnid, halaman 17), yaitu : Satu kumpulan orang-orang beriman yang dipimpin seorang imam untuk bekerja sama dalam urusan penting dan mereka tidak akan pergi sampai mereka meminta izin kepadanya. Allah subhaana-Hu wa ta'aala berfirman yang artinya :
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berkumpul bersamanya berkenaan dengan urusan penting, mereka tidak pergi sebelum mereka minta izin kepadanya..." ( An-Nur, 24 : 63).
Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam, bersabda yang artinya :
"Sesungguhnya Bani Israil itu telah pecah menjadi 73 golongan. semuanya dalam Neraka, selain yang satu." Beliau shalallaahu 'alaihu wa sallam menjawab "Apa yang aku dan sahabat-sahabatku ada padanya pada masa itu." (HR Al-Hakim dalam "Al-Mustadrak", dan Ibnu Asakir dari Ibnu Amer Rhadiyallahu 'anhu; dan Kanzul-Umal. Juz I/1060)
"Dan sesungguhnya kamu akan pecah menjadi 72 firqah semuanya sesat, kecuali Al-Islam dan Jama'ah mereka." (HR Al-Hakim dalam "Al-Mustadrak" dari Katsir bin Abdillah bin Amir bin Auf dari ayahnya dari kakeknya Radhiyallaahu 'anhu; dan Kanzul-Umal, Juz I/1061)
Berdasarkan Ayat Al-quran dan Hadits-Hadits tersebut, Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah itu adalah satu golongan umat Islam secara Internasional yang di bawah satu komando seorang Imam untuk urusan agama Islam sesuai dengan ajaran Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam dalam Hadits dan ajaran para sahabatnya.

By. Stalis
Read more...
 
Ahmadiyahjabar © 2014 | Designed By Blogger Templates