Advertise

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Senin, 23 Februari 2015

Teknik Penulisan Artikel (Artikel Bernuansa Dakwah)

1 komentar
Banyak orang yang ingin menulis di koran atau mass-media, tapi banyak yang tidak tahu caranya. Disamping itu masih banyak pula yang beranggapan menulis atau membuat tulisan tersebut sulit. Padahal sesungguhnya tidak, menulis itu sebenarnya mudah.

Artikel merupakan salah satu jenis tulisan yang ada di surat kabar atau media pers lainnya, disamping berita, feature, dan reportase. Walau tidak mendominasi isi surat kabar, artikel tetap memegang peranan penting dalam seberapa jauh surat kabar tersebut mampu menarik pembacanya. Karena tanpa artikel, dapat dipastikan sebuah surat kabar tidak akan memiliki daya tarik. Bahkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat pembaca akan sia-sia.
Artikel adalah suatu tulisan yang non-editorial. Artinya, artikel merupakan isi surat kabar yang bukan dihasilkan oleh kerja redaksi atau wartawan surat kabar itu sendiri, sebagaimana halnya berita. Tapi ini tidak berarti redaktur atau wartawan lalu dilarang menulis artikel.



Sebagian isi surat kabar yang di luar kerja editorial, maka artikel sebagian besar datang dari luar lingkungan keredaksian surat kabar tersebut. Artikel datang dari penulis-penulis di luar surat kabar yang ingin mengemukakan gagasan, ide dan berbagai pemikiran lainnya.

Secara singkat, artikel merupakan suatu tulisan yang bermaksud menyampaikan gagasan dan fakta. Tujuannya untuk menggugah, meyakinkan, mengajarkan dan juga menghibur. Berbeda dengan isi surat kabar yang lain, artikel memiliki sifat lebih luwes dan terbuka. Jika isi surat kabar yang lain, seperti berita, feature dan reportase berusaha menghindari diri dari perangkap opini, tidak demikian halnya dengan artikel.

Karena artikel merupakan wujud dari gagasan, ide dan pemikiran-pemikiran yang disampaikan oleh penulisnya, maka sudah barang tentu opini atau pendapat pribadi si penulis yang 'bermain' di dalamnya. Oleh sebab itu, artikel selalu ditempatkan pada tempat atau halaman yang sama dengan kolom 'tajug rencana' yang merupakan suara hati suatu surat kabar.

Apa yang harus Anda perhatikan lebih dulu sebelum memulai gagasan menulis artikel? Hal yang pertama kali harus diperhatikan oleh setiap penulis artikel adalah memilih atau mencari tema (topik) penulisan. Tanpa tema, suatu artikel tidak akan jelas apa maunya. Penulisnya sendiri pun akan kerepotan untuk mengarahkan dan membawa ke mana arah serta alur gagasan dan pemikiran-pemikirannya, bila ia menulis tanpa tema yang jelas.

Suatu tema atau topik akan berhasil digarap. apabila si penulis sudah berhasil memadukan jawaban dari dua pertanyaan, apa dan bagaimana. Tema atau masalah apa yang akan ditulis? Dan bagaimana dengan pokok bahasan atau analisanya?

Perlu diingat, bawalah tema atau  topik pada daerah pembahasan yang kecil. Membawa tema ke sudut pembicaraan yang menyempit, akan membantu Anda mempermudah dalam mengutarakan pembahasan. Misalnya, tema 'Meningkatkan peran serta Ulama dalam pembangunan pertanian' memiliki daerah pembahasan yang sempit di bandingkan dengan tema 'Meningkatkan peran serta Ulama dalam pembangunan nasional'.

Di mana mencari tema?

Tepa ada di mana-mana. Ia senantiasa berada di seputar kehidupan kita. Tema atau topik suatu artikel dapat dicari dari hal-hal atau permasalahan yang sedang berkembang (hangat) di tengah-tengah masyarakat, perkembangan-perkembangan di dunia Internasional, pada literatur-literatur ilmu pengetahuan dan lain-lainnya. Tidak jarang pula, tema artikel tersebut diperoleh dari berita di surat kabar.

Setiap calon penulis artikel dituntut untuk peka dan tanggap terhadap berbagai perkembangan yang terjadi di sekitarnya. Baik perkembangan politik Internasional, tatanan moral di tengah-tengah masyarakat, perilaku sosial dan semacamnya. Oleh karenanya, setiap calon atau penulis artikel harus rajin memasang 'telinga' dan 'mata'nya untuk mendengar dan melihat topik-topik apa yang sedang hangat menjadi perbincangan nasional maupun kalangan internasional.

Misalnya, tentang perselisihan antara KPK dan Polri, merupakan salah satu bahan perbincangan nasional yang hangat dan menarik. Kenapa Anda tidak mencoba 'campur tangan' ikut membicarakannya dengan melontarkan gagasan-gagasan atau ide-ide yang mungkin bermanfaat bagi yang berselisih atau pun pihak yang sedang mencoba untuk meredakan perselisihan tersebut

Untuk artikel yang penulisannya berangkat dari isi berita di surat kabar, penulis hendaknya lebih menekankan pada makna dari berita tersebut, serta memberikan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi. Pada artikel semacam ini, biasanya opini si penulis tidak selalu mendominasi di dalamnya. Si penulis bisa merangsang pembaca dengan penuturan rangkaian demi rangkaian yang ada dalam peristiwa di berita tersebut, demi sasaran memberikan gambaran lebih jelas lagi terhadap peristiwa itu sendiri.

Artikel pada dasarnya adalah suatu tulisan ilmiah populer. Dalam penulisannya, selama ini dikenal ada lima pola. Kelima pola itu,  pola pemecahan topik, masalah dan pemecahannya, kronologi, pendapat dan alasan pemikiran serta  pola pembandingan. (Slamet Soeseno, 1980).

Secara garis besarnya, kelima pola penulisan itu memiliki tujuan yang sama, membawa gagasan serta ide-ide Anda kepada masyarakat pembaca, tetapi dengan cara pembahasan serta penelaahan yang berbeda. Anda tinggal memilih pola mana yang lebih mudah membawa gagasan sampai ke sasarannya.

Sekaran mari kita mencoba melihat kelima pola tersebut.

  1. Pola pemecahan topik. Dalam pola ini, si penulis mengambil pola atau cara penulisan dengan memecahkan suatu tema (topik) menjadi sub sub topik atau bagian-bagian lebih kecil. Setiap sub-topik harus dianalisa. Contoh tema : "Pengiriman TKW ke luar negri dan permasalahannya." Tema ini dipecah menjadi beberapa sub-tema atau sub-topik. Misalnya, TKW model apa dan bagaimana sebaiknya dikirim (sub-tema 1), perlu atau tidaknya pedidikan dasar bagi TKW sebelum dikirim (sub-tema 2), serta bagaimana cara menjaga keselamatan kerja mereka (sub-tema 3) dan sus-sub tema yang lainnya. Setiap sub-tema itu dianalisa dan dibahas.
  2. Pola masalah dan pemecahannya. Dalam pola ini si penulis harus mengemukakan sesuatu masalah dan kemudian menganalisa pemecahan-pemecahannya. Contoh tema: "Melawan hama wereng". Dengan pola ini, si penulis dapat mengemukakan mahluk macam apa yang disebut hama wereng itu? Kenapa jadi gemar 'menggoda' tanaman padi? Lantas bagaimana cara mencegah dan mengatasinya? penulis dapat memberikan pemecahan dengan memaparkan cara-cara melawan atau memusnahkannya.
  3. Pola Kronologi. Pola ini mengajak si penulis untuk memaparkan urutan peristiwa demi peristiwa secara kronologis. Contoh tema : "Pemberontakan Moro di Pilipina Selatan". Si penulis dapat memaparkan sejarah suku-bangsa Moro dan asal mula kedatangan agama Islam, sejak kapan mereka dinyatakan sebagai orang Pilipino (bangsa Pilipina) padahal mereka meyakinkan diri sebagai orang Melayu. Kenapa mereka memberontak atau ingin memisahkan diri, seberapa jauh perlawanan mereka terhadap pemerintah Pilipina, mengapa terjadi perpecahan di antara mereka dan bagaimana perkembangan yang terjadi sekarang?
  4. Pola pendapat dan alasan pemikiran. Si penulis lebih memainkan pendapatnya terhadap suatu masalah dan kemudian memaparkan alasan-alasan pendapatnya itu. Pola ini paling sulit. Tapi kalau Anda berhasil, hasilnya akan luar biasa. Anda mengemukakan pendapat Anda sendiri tentang suatu masalah atau tema yang digarap, dan kemudian Anda mengemukakan alasan atau dalil-dalil kenapa pendapat itu diyakini.
  5. Pola pembandingan. Dalam pola ini, si penulis memaparkan tentang persamaan dan perbandingan dari dua aspek atau mungkin lebih dari suatu tema
Pada umumnya dala pola atau struktur penulis artikel ditemukan bagian-bagian seperti judul, pendahuluan, tubuh dan penutup. 

Judul suatu artikel haruslah memiliki daya rangsang yang cepat. Ia harus mewakili isi tulisan secara singkat, tepat dan jelas. Usahakan jangan membuat judul terlalu panjang, karena ada kesan melelahkan pembaca. Buatlah yang pendek, tapi jelas maknanya.

Pendahuluan bagi suatu artikel hanyalah bermakna implisit. Artinya, dengan pendahuluan itulah suatu gagasan akan berangkat. Jadi, tidak perlu Anda tuliskan di bagian paling awal dari artikel sederet kalimat yang bertuliskan Pendahuluan. Kalimat demi kalimat di dalam bagian pendahuluan itu harus mampu memancing dan menarik minat baca pembaca untuk terus mengikuti artikel tersebut.

Banyak pola untuk membuat pendahuluan ini. Pola-pola itu merupakan gaya atau cara seorang penulis untuk merangsang pembaca. Diantaranya, pola ringkasan, pernyataan yang mengejutkan (menonjol), penggambaran atau pelukisan, anekdot, bertanya, kutipan dan amanat atau nasehat langsung.

Pendahuluan dengan pola ringkasan. Dengan pola ini, pada pendahuluan, tema atau topik beserta pokok-pokok pembahasannya dikemukakan. Hal ini sekedar memberikan gambaran kepada pembaca tentang apa yang ingin kita sampaikan.

Pendahuluan dengan pernyataan yang mengejutkan (menonjol). Misalnya, Anda mengambil tema tentang "Membasmi kejahatan". Pada bagian pendahuluan dengan pola ini, Anda dapat mengemukakan kalimat-kalimat seperti ini: Pelaku kejahatan sekarang benar-benar tidak bermoral, Bayangkan, disamping menjarah barang-barang, korban pun kadangkala harus menderita kerugian yang lain. Seorang nyonya telah diperkosa tiga perampok di depan mata suaminya yang terikat tak berdaya. Peristiwa yang terjadi pekan lalu di kota A ini dan dilansir banyak surat kabar tersebut, tentu bukan satu-satunya peristiwa kejahatan yang membuat dada kita sesak. Berpuluh-puluh peristiwa serupa terjadi di banyak tempat pula.

Pendahuluan dengan pola penggambaran (pelukisan). Anda mendahului artikel tersebut dengan memberikan gambaran atau melukiskan sesuatu, baik yang sudah terjadi atau sedang terjadi.

Pendahuluan dengan anekdot. Anda berupaya menghibur pembaca dengan pendahuluan yang berusaha memancing untuk tertawa atau tersenyum.

Pendahuluan dengan pola bertanya. Anda ajukan pertanyaan yang merangsang pembaca untuk mengetahui apa jawabannya.

Pendahuluan dengan pola kutipan. Anda dapat mengambil ucapan atau tulisan seseorang yang ternama. Misalnya, ucapan atau pendapat Bung Karno tentang revolusi, cinta, kebudayaan dan lainnya.

Pendahuluan dengan pola amanat atau nasehat langsung. Anda dapat berakrab-akrab dengan pembaca, dengan cara memberitahu atau menasehati (tidak menggurui). Misalnya, artikel tentang kesehatan, "Mencoba Melawan Maag". Pada bagian pendahuluannya, Anda dapat menulis seperti ini : Anda sudah makan? Kalau belum, ayo cepat-cepat, jangan sampai terlambat. Sebab, terlambat makan itu berbahaya.

Tubuh di dalam artikel, berisi semua gagasan, pemikiran-pemikiran, ide, ungkapan-ungkapan peristiwa yang akan dituturkan kembali dan semua pokok permasalahan di dalam tema atau topik artikel tersebut. Untuk lebih mudahnya, di dalam tubuh artikel dibagi dalam beberapa anak judul atau sub-judul.

Penutup juga bermakna implisit. Jadi, kata-kata 'penutup' ini (sebaiknya) tidak ditulis sebagai suatu istilah di dalam artikel. Penutup haruslah dinyatakan dengan kalimat-kalimat yang menyelesaikan artikel dengan sasaran pembaca akan terbawa untuk berpikir, menjawab, mengingat dan memperdebatkan lagi dalam dirinya sendiri.

Sekarang, bagaimana kalau kita berdakwah melalui artikel? Atau bagaimana kita menulis suatu artikel yang bernuansa dakwah?

Pertama-tama yang harus diperhatikan, artikel bernuansa dakwah itu akan dikonsumsikan ke media apa. Ke media massa (pers) khusus Islam atau ke pers umum? Menulis artikel dakwah untuk media pers khusus Islam tentu memiliki teknik dan cara yang sedikit berbeda dengan menulis di media pers umum. Media pers khusus Islam, pembacanya sudah jelas, Muslimin dan Muslimat. Sedangkan media pers umum, pembacanya heterogen serta berasal dari beragam latar-belakang agama dan kepercayaannya.

Diperlukan kita-kiat atau strategi tertentu bila kita menulis artikel dakwah di media pers umum. Dua hal penting yang tak boleh dilupakan dalam menulis artikel dakwah di media pers umum, adalah tulisan itu harus menyampaikan kebenaran ajaran-ajaran Islam dan disampaikan dengan teknik serta metode-metode penulisan ilmiah populer. Dalam pengertian, artikel yang berbicara tentang kebenaran Islam itu disajikan dengan metode-metode memenuhi syarat keilmuan serta disampaikan melalui bahasa yang populer, komunikatif, enak dibaca, dan mudah dicerna pembaca.

Karena luasnya sasaran pembaca media pers umum, maka penulis artikel dakwah di media pers umum harus mampu memahami tentang aneka ragamnya latar belakang agama., latar belakang sosial, tingkat intelektual, tingkat perhatian, daya baca, kebiasaan membaca dan selera baca publik pembacanya.

Perlu diingat dalam menulis artikel dakwah, penulis tak hanya menggunakan kaidah-kaidah dalam bahasa jurnalistik tetapi juga menggunakan kaidah-kaidah dan tatanan nilai bahasa agama, dalam hal ini Islam.

Bahasa jurnalistik itu memiliki sifat singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Sedangkan bahasa agama, adalah bahasa yang mengedepankan kemurnian, kebenaran, kebersihan, jauh dari kata-kata kotor, kasar, tak simpatik dan menyingkirkan kata-kata bernada hasutan kedengkian.

Artikel dakwah di media mana pun, media pers khusus maupun media pers umum, haruslah menghindari kata-kata atau kalimat kalimat yang memperolok-olokkan dan mencela orang lain (agama lain), penuh prasangka buruk, penuh kesombongan serta menyinggung perasaan. Hal ini sesuai dengan firman Tuhan dalam Al-Quran :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain karena boleh jadi kaum yang diperolok-olokan itu lebih baik dari mereka yang mengolok-ngolok dan jangan pula wanita-wanita mengolok-ngolok wanita lain karena boleh jadi wanita yang diperolokkan lebih baik dari wanita yang mengolok-ngolokkan. Dan jangan lah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan sebutan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruh sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang dhalim. (QS Al Hujurat: 11)

Lantas apa yang harus kita utarakan atau kemukakan di dalam artikel dakwah itu? Kita tak perlu bersusah payah, cukup kembali ke Al Quran dan Hadits, dua sumber utama ideologi Islam. Tak ada yang dapat menyangkal bahwa Al-Quran dan Hadits merupakan sumber kebenaran, serta sumber keilmuan yang tak pernah kering. Sumber yang tiada habisnya untuk kita gali dan sampaikan kepada khalayak pembaca.

Segala hal yang berkaitan dengan tatanan kehidupan umat manusia terdapat di dalam Al Quran dan Hadits. Misalnya tentang pemerintahan, demokrasi, lingkungan hidup, cinta kepada Tanah Air, manajemen, kesehatan, hukum, perkawinan, sopan santun dalam pergaulan serta hubungan antar pribadi sampai hubungan antar bangsa.

Sumber : Dari berbagai sumber

One Response so far.

  1. Terima kasih informasinya, jazaakumullah khoiron

Leave a Reply

 
Ahmadiyahjabar © 2014 | Designed By Blogger Templates