Advertise

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Kamis, 26 Maret 2015

AHMADIYAH MENJAWAB SERANGAN PKS

0 komentar
Entri ini dipublikasikan pada 31 Januari by Musa Mustika, dalam topik Menurut Islam, Pandangan Agama dan kaitkata Diskusi, fatwa MUI, fatwa ulama, informasi, opini, PKS, politik, renungan.


 Bookmark permalinknya. 450 Komentar Kontroversialnya fatwa MUI mengenai merokok dan golput baru2 ini sepertinya menjadi momentum bagi Ahmadiyah di Indonesia utk bangkit kembali. Seperti kita ketahui, MUI pada 29 Juli 2005 mengeluarkan fatwa: "Menegaskan kembali keputusan fatwa MUI dlm Munas II Tahun 1980 yg menetapkan bhw Aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan menyesatkan, serta orang Islam yg mengikutinya adalah murtad (keluar dari Islam)". 

Dengan munculnya fatwa tersebut, seolah-olah Ahmadiyah tenggelam. Kini, dg merosotnya wibawa MUI dlm pandangan masyarakat, akankah Ahmadiyah Indonesia bangkit dari ketenggelamannya? Mungkin saja begitu. Paling tidak, ada usaha utk itu, sebagaimana tercermin dg ditayangkannya sebuah artikel berjudul "Ahmadiyah Menjawab PKS", kemarin.
Di bawah ini saya akan mengutipnya apa adanya. Selanjutnya, silakan para pembaca menyampaikan masukan atau saling berdiskusi secara beradab melalui kotak komentar yg tersedia. Saya hanya akan menjadi penyimak (dan moderator bila perlu).

AHMADIYAH MENJAWAB SERANGAN PKS
Diterbitkan Januari 30, 2009

Agama Tags: Agama, Ahmadiyah, Ahmadiyya, Al-Qur'an, Islam, Khalifah, Muslim, PKS, Qur'an, Religion, renungan.

1. Saya tidak menunjukan salam saya kpd anda karena menurut saya Ahmadiyah bukan Islam.   
2. Laporan Ahmadiyah (yang disampaikan di Komisi 8) tidak sesuai dg yg dilapangan.
Disini mengatakan kitab sucinya Ahmadiyah Al-Quran, akan tetapi dilapangan dimana-mana diseluruh dunia Ahmadiyah kitab sucinya Tadzkirah, dimana di dalamnya ayat2 Al-Quran diaduk-aduk, diacak-acak.
3. Mirza Ghulam Ahmad disebut namanya dg 'Alaihis Salaam'. Padahal 'alaihis salaam' hanya boleh digunakan utk Nabi & Rasul.
4. Mirza Ghulam Ahmad mengaku Nabi & Rasul. Dengan demikian Syahadat menjadi rusak.
5. Jemaat Ahmadiyah ini bisa hidup karena ada yg memanfaatkan yaitu orang Munafiquun dan orang Kafiruun. Orang Munafiqun ialah orang yg dg menghidupkan Ahmadiyah ia mendapatkan dana dan keuntungan atau manfaat2 tertentu. Sedangkan oleh orang kafir, Ahmadiyah dimanfaatkan utk memecah belah umat Islam, khususnya di India ketika dijajah oleh Inggris. Ahmadiyah dimanfaatkan oleh Inggris utk melawan orang2 Islam. Inggris memuji-muji Mirza Ghulam Ahmad
6. dan keluarga Mirza Ghulam Ahmad sarna sekali tidak mau berjihad melawan penjajah Inggris.
7. Ahmadiyah ditolak oleh semua ulama dan umat Islam diseluruh dunia. Masih terbuka kesempatan bagi Ahmadiyah utk bergabung dg kami. Dan jika tidak ingin ditolak jangan mengatakan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan Rasul.  

Demikian 7 buah pernyataan yg disampaikan oleh AS dari Fraksi PKS, dalam acara Temu Wicara Komisi VIII DPR RI dg Ahmadiyah Indonesia, yg berlangsung pd tanggal 31 Agustus 2005.

Berikut adalah  jawaban dari pihak Ahmadiyah atas pertanyaan/pernyataannya itu:

1. Pernyataan sdr. AS:
Saya tidak menunjukan salam saya kpd anda karena menurut saya Ahmadiyah bukan Islam.

Jawaban Ahmadiyah:
Nabi Muhammad SAW, diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan nilai2 akhlak yg terpuji. Dan beliau diperintahkan utk menjalin silatur-rahim dg memperbanyak salam kpd orang yg kenal maupun yang tidak kita kenal, dan memperingatkan kita dengan Sabdanya: "Laa yadkhulul jannata qaati'un." – tidak akan masuk sorga orang yg memutuskan hubungan tali silatur-rahim(Hadits). Al-Quran dg jelas sekali mengatakan: "Walaa taquulu liman alqaa ilaikumus-salaama lasta mu'minan" -Dan janganlah kamu mengatakan kpd orang yg memberi salam kepadamu, "engkau bukan mukmin" (An-Nisa[4]:95). Di awal sidang KOMISI VIII, AhmadSupardi, Jubir Jemaat Ahmadiyah telah mengucapkan SALAM kpd seluruh hadirin dlm Majlis yg terhormat ini, dg ucapan ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAAHI WA BARAKATUHU.
Jadi, betapa kontradiksinya pernyataaan Sdr. AS dg Firman Allah dan Uswah Hasanah Rasulullah SAW yg dianut oleh Jemaat Ahmadiyah.

2. Pernyataan Saudara AS :
"Laporan Ahmadiyah tidak sesuai dg yg dilapangan. Disini mengatakan kitab sucinya Ahmadiyah AI-Quran, akan tetapi dilapangan dimana-mana diseluruh dunia Ahmadiyah kitab sucinya Tadzkirah, dimana didalamnya ayat2 AI-Quran diaduk-aduk, diacak-acak".

Jawaban Ahmadiyah:
Pernyataan saudara AS itu sama sekali salah dan fitnah semata-mata!!.
Sebab, dimanapun Jemaat Ahmadiyah berada di dunia ini, tidak pernah menyatakan bhw Tadzkirah itu adalah kitab suci.
Sebagai seorang yg menjadi wakil rakyat di Dewan yang terhormat, Saudara AS tidak layak mengemukakan pernyataan seperti itu. Sebab, tidak layak bagi seorang penyebar fitnah utk duduk mewakili rakyat di Dewan yg terhormat seperti ini. Sebagai orang yang beragama, peringatan Allah Swt. dlm AI-Quran ini, cukuplah menggetarkan jiwa, yang artinya: "Dan janganlah engkau ikuti apa2 tentang hal itu yg engkau tdk mempunyai pengetahuan. Sesungguhnya, telinga dan mata dan hati, tentang semuanya ini akan ditanya. " (Bani Israil/Al-Isra'[17]:37) dan juga pd ayat lain yg artinya:
"Hai orang-orang yg beriman, jauhilah banyak berprasangka, karena sebagian prasangka itu adakalanya merupakan dosa. Dan janganlah kamu saling memata-matai, dan jangan pula sebagian kamu mengumpat sebagian yg lain." (Al-Hujurat[49]:13), serta pd ayat lainnya yg artinya:
"Mereka yg berbuat aniaya terhadap orang2 mukmin laki-laki dan orang2 mukmin perempuan, kemudian mereka tdk bertobat, niscaya bagi mereka ada siksaan neraka jahanam dan bagi mereka ada adzab yg membakar hati." (Al-Buruj[85]:11).
Selain penjelasan tersebut diatas, dirasa penting utk menambahkan penjelasan mengenai tuduhan dan fitnah yg dilontarkan oleh Saudara AS bhw Jemaat Ahmadiyah mengacak-ngacak dan mengaduk-aduk ayat2 suci Al-Quran.
Jemaat Ahmadiyah tdk pernah mengacak-acak atau pun mengaduk-aduk ayat Suci Al-Quran, sebab Al-Quranul Karim diimani oleh Jemaat Ahmadiyah sebagai kitab Suci dan Kitab Syariat yg terakhir, bahkan kami meyakini kebenaran Firman Allah berikut ini yg artinya:   

"Sesungguhnya, Kami-lah yg telah menurunkan Peringatan (Al-Quran) ini, dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya." (Al-Hijr[15]:10).

Menurut ayat ini Al-Quran tdk mungkin dpt diacak-acak dan di aduk-aduk karena dipelihara dan dijaga oleh Allah Swt Wujud Yang Maha Kuasa, sehingga tdk diperlukan campur tangan manusia dg cara kekerasan utk melindungi dan menjaganya.
Selain meyakini hal tersebut diatas, dalam upaya meluaskan dakwah Islam dan risalah Rasulullah SAW. Kami, Jemaat Ahmadiyah, juga telah, sedang, dan akan menerjemahkan Al-Quranul Karim ke dalam berbagai bahasa di dunia. Dan, kini, kami, Jemaat Ahmadiyah, telah berhasil menerjemahkan Al-Quran ke dlm 100 bahasa di dunia, seperti: Inggris, Prancis, Portugis, Jerman, China, Rusia, Tagalog, Korea, Swahili, Jepang, ItaIi, Spanyol, Belanda, Indonesia, dll.
Adakah para pecinta Al-Quran yg telah melakukan hal yg sama, yakni menterjemahkan Al-Quran ke dlm berbagai bahasa seperti yg dilakukan Jemaat Ahmadiyah?
Tidakkah lebih baik bagi kita untuk ber-fastabiqul khairat?
Kami telah menjelaskan bhw Jemaat Ahmadiyah tdk pemah mengacak-acak dan mengaduk-aduk ayat-ayat suci AI-Quran seperti yg dituduhkan oleh saudara AS.
Dan perlu kami tegaskan lagi disini, TAZKIRAH, BUKANLAH KITAB SUCI AHMADIYAH,  dan BUKAN DISUSUN OLEH  PENDIRI JEMAAT AHMADIYAH.
Buku Tadzkirah hanyalah kumpulan wahyu, ilham, kasyaf, dan ru'ya yg dikutip dan dihimpun dari berbagai buku dan selebaran Pendiri Jemaat Ahmadiyah.
Tadzkirah diterbitkan pertama kali menjadi sebuah buku pd tahun 1935, yaitu 27 tahun setelah wafatnya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Sama sekali tdk terbetik dlm pikiran orang2 Ahmadiyah, bhw Tadzkirah adalah kitab suci. Maka itu, ketika ada orang yg menyebarkan fitnah bhw Jemaat Ahmadiyah mempunyai kitab suci sendiri bernama Tadzkirah, maka kami sangat heran. Dan bertambah heran lagi, ketika mereka termasuk juga Saudara AS, memaksa kami utk mengakui Tadzkirah sbg sebuah kitab suci. Di dlm sejarah Islam, dijumpai banyak sekali ulama2 Masa Awwal, yaitu ulama2 yg ke zuhudan dan kesuciannya tdk diragukan lagi, bahkan sulit utk mendapatkan contoh dan bandingannya dizaman sekarang ini. Para Ulama Masa Awwal ini mengemukakan pengalaman2 rohani mereka bhw mereka menerima wahyu dari Allah Swt. Di dalam wahyu yg mereka terima, nampak dg jelas, sebagiannya sama persis dg ayat-ayat Al-Quran, dan sebagiannya lagi, campuran antara kata-kata yg persis dg ayat-ayat Al-Quran dan kata-kata lain yg bukan ayat-ayat Al-Quran.
Contoh wahyu yg diterima oleh Ulama Masa Awwal ini, akan kami kemukakan dibagian akhir dari penjelasan terhadap tuduhan ini.
i. Pernyataan para Ulama Masa Awwal, bhw mereka menerima wahyu, menjadi bukti sempurnanya firman Allah Swt yg menyatakan bhw Dia adalah Wujud Yang Al-Mutakallim (Maha Berkata-kata) sebagaimana firman-Nya yg artinya:
* "Dan tidaklah mungkin bagi manusia agar Allah berfirman kepadanya, kecuali dg wahyu langsung, atau dari belakang tabir, atau dg mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan dg izin-Nya apa yg dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Luhur, Maha Bijaksana".(As-Syura[42]:52)
Menurut para Ulama Masa Awwal, orang yg mengingkari adanya lagi wahyu setelah AI-Quranul Karim sempurna diturunkan, itu dikarenakan ia tdk mendalami dan tdk pernah merasakan nikmat-nikmat rohani sebagaimana yg dirasakan oleh para Ulama Masa Awwal itu. Allamah Allusirahimallahu dlm Tafsir yg ditulis dlm Ruuhul Ma'aani juz 7 hal 326 menyatakan: "Kamu hendaknya mengetahul bhw sebagian ulama mengingkari turunnya malaikat pd hati selain Nabi sebab mereka tdk merasakan lezatnya.  Jelasnya bhw malaikat itu turun tetapi dg Syari'at Nabi kita shallallaahu 'alaihi wasallam. "Setelah Rasulullah Saw, wafat, Allah Swt. masih terus menerus menzahirkan sifat AI-Mutakallim-Nya, misalnya: Ketika para sahabat berselisih pendapat tentang memandikan jenazah Rasulullah Saw. apakah dg cara menanggalkan pakaian beliau atau tdk menanggalkannya, maka turunlah wahyu dari Allah kepada mereka: "Ighsiluu rasuulallaahi Wasallaam wa 'alaihi tsiyaabuhu."  Artinya: "Mandikanlah Rasulullah Saw dalam keadaan beliau berpakaian." (HR. Baihaqi dari Aisyah r.a. dan Misykat Bab. AI-Kiramat hal. 545).
Ini adalah wahyu yg turun segera setelah Rasulullah Saw wafat yg membuktikan bhw WAHYU BERUPA PENJELASAN DAN BUKAN WAHYU SYARI'AT MSSIH TETAP TURUN.! 

ii. Imam Muhyiddin Ibnu Arabi menulis di dlm kitab beliau Futuhatul Makiyah jld. 3 hat 367 bhw beliau menerima wahyu sebagai berikut yg artinya: "Katakanlah, kami beriman kepada Allah dan beriman kpd apa yg diturunkan kpd kami dan kpd apa yg diturunkan kpd Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'kub dan anak cucunya dan apa yg diberikan kpd Musa, Isa dan apa yg diberikan kpd nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tdk membeda-bedakan satupun dari antara mereka dan kami berserah diri kpd-Nya."Wahyu yg diterima oleh Ibnu Arabi ini sama persis dg ayat Al-Quran surah Al-Baqarah[2]:136.

iii. Syeikh Abdul Qadir Jaelani di dlm Futuuhul Ghaib menulis yg artinya:
"Engkau akan dijadikan kaya dan pemberani. Dan engkau akan dianugerahi kemuliaan. Dan engkau akan dianugerahi dg karunia bermukhaathabah bhw engkau di sisi Kami pd martabat yg tinggi, yg luhur dan jujur."
Wahyu ini merupakan campuran dari kata2 yg persis sama dg ayat Al-Quran S. Yusuf[12]:55 dg kata-kata lain yg sama sekali tdk persis ayat Al-Quran. Masih banyak lagi contoh-contoh yg dpt dikemukakan, namun karena keterbatasan waktu dan tempat, maka kami cukupkan demikian.
Dengan demikian, jika pernyataan saudara AS dianggap benar bhw dg adanya Tadzkirah itu telah terjadi perbuatan 'mengacak-acak dan mengaduk-aduk Al-Quran, berarti Saudara AS, setuju menganggap para Ulama Masa Awwal yg suci itu pun telah mengacak-acak dan mengaduk aduk ayat2 suciAl-Quran, padahal para ulama masa awwal itu adalah orang2 yg dekat kpd Allah Swt. Kami sangat tdk setuju dg pernyataan Saudara AS yg menyatakan bhw Al-Quran dpt diacak-acak dan diaduk-aduk karena pernyataannya itu jelas2 bertentangan dg firman Allah Swt didalam Al-Quranul Karim. Kami sangat menjunjung tinggi, menghormati dan memuliakan Al-Quranul Karim. Sebab, demikianlah yg diajarkan oleh Allah Swt., Nabi Muhammad SAW., dan nasihat Pendiri Jemaat Ahmadiyah. Berkenaan dg kedudukan Al-Quran, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, menulis: 
*Ada pula bagimu sekalian suatu ajaran yg penting, yaitu bhw KAMU JANGAN HENDAKNYA MENINGGALKAN AL-QURAN seperti sebuah buku yg telah dilupakan; sebab, di dalamnya terletak sumber kehidupanmu.
*Barangsiapa yg memuliakan Al-Quran akan memperoleh kemuliaan di langit.
*Barangsiapa yg menjunjung tinggi Al-Quran diatas segala hadits dan segala sabda yg lain, akan dijunjung tinggi di Langit.
*Bagi umat manusia diatas permukaan bumi ini, kini tidak ada Kitab lain kecuali Al-Quran, dan bagi seluruh Bani Adam tdk ada pedoman hidup kecuali Al-Quran.
*Kini tdk ada seorang Rasul dan Juru Syafaat kecuali Muhammad Mustafa Saw. Maka berusahalah kamu sekalian utk mendambakan kecintaan yg semurni-murninya bagi Nabi yg agung ini, dan janganlah memberikan kpd siapapun suatu tempat yg lebih tinggi daripada beliau, agar supaya kamu digolongkan diantara orang2 yg telah diselamatkan.
*Dan ingatlah baik2, bhw Najat (keselamatan) bukanlah suatu hal yg kamu sekalian akan mengalaminya nanti di Akhirat, melainkan sesungguhnya Najat yg hakiki itu memperlihatkan cahaya-nya di alam dunia ini juga.
*Siapakah yg beroleh Najat itu?
lalah orang yg benar2 yakin, bhw Tuhan itu adalah suatu realitas dan bhw Muhammad Saw adalah Juru Syafaat yg menengahi antara Tuhan dan seluruh ummat manusia bhw di bawah langit ini, tidak ada Rasul lain yg semartabat dg beliau saw. dan tidak ada Kitab lain yg sederajat dg AI-Quran."(Bahtera Nuh, hal. 20)
*."Wahai kalian yg kusayangi! Anda sekalian singgah di dunia ini hanya utk sekejap saja, dan itu pun sebagian besar telah anda lalui. Oleh karena itu janganlah membangkitkan amarah Tuhan. Suatu pemerintahan manusiawi yg lebih berkuasa dari anda, jika Tuhan marah terhadap anda, ia dpt membinasakan anda. Maka bayangkanlah betapa anda dpt menyelamatkan diri dari kemurkaan Allah Ta'ala." (Bahtera Nuh, hal. 99)

3. Saudara AS mengatakan:
"Mirza Ghulam Ahmad namanya selalu disebut dg "Alaihis-Salam", padahal Alaihis-Salam itu hanya boleh digunakan bagi Nabi dan Rasul saja."

Jawaban:
Dari pernyataan ini dpt difahami betapa saudara AS tdk mengerti apa itu "Alaihis-Salam", dan apa makna dan arti dari kalimat Alaihis Salaam. Kata "Alaihis-Salam", mengandung suatu do'a, yaitu semoga Allah swt melimpahkan Salam dan keselamatan kepadanya. Ada pesan khusus yg disampaikan Nabi Muhammad saw berkaitan dg diri nabi Isa yg beliau saw janjikan, sebagai berikut: Diriwayatkan oleh Anas r.a Rasulullah saw bersabda yg artinya: "Siapa saja diantara kamu yg dapat berjumpa dg lsa Ibnu Maryam, maka sampaikanlah salamku kepadanya."( diriwayatkan dari Hakim dlm Mustadrak 4 /545 ).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW, bersabda yg artinya: "Aku sungguh2 mengharapkan – kalau umur panjang, akan dpt berjumpa lsa Ibnu Maryam andaikan aku keburu mati, siapa diantara kalian yg bertemu dg lsa, maka sampaikanlah salamku padanya". ( diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad 2 /298,249 ). Jadi kata yg kami ucapkan alaihis salaam bagi Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad manakala kami menyebut nama beliau, mengandung dua tujuan dan dua makna.  *Pertama, berupa do'a, semoga Allah swt melimpahkan salam dan keselamatan kepadanya.
*Kedua, berarti alaihi salaamur Rosuulillah saw:, yakni salam Rasulullah Saw. utk beliau. Makna yg kedua ini utk memenuhi amanat Rasulullah saw agar menyampaikan salam beliau Saw. manakala kami melihat, berjumpa atau mendengar maupun mengucapkan nama lsa yg dijanjikan.
Orang yg seumur hidupnya hanya sekali melakukan shalat, tetap diizinkan menggunakan doa seperti itu utk dirinya. Sebagaimana yg dibaca di dalam shalat yaitu: Assalaamu'alainaa, yg bentuk lainnya adalah: Alainas-Salaam(Keselamatanlah utk kami). Bentuk ini sama seperti  'Alaihis-Salam(Keselamatan untuknya). Jika orang seperti ini diperbolehkan menggunakan do'a demikian utk dirinya, lalu mengapa bagi wujud yg telah dijanjikan oleh Rasulullah SAW., tidak boleh digunakan ucapan yg mengandung doa seperti itu, sebagaimana saudara AS berkeberatan terhadap Jemaat Ahmadiyah utk menggunakan doa yg diajarkan dan diperintahkan oleh Rasulullah SAW., utk disampaikan kpd Isa ibnu Maryam Yang Dijanjikan? Jadi, kami menyebut Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dg sebutan Alaihis Salam, hanyalah semata-mata melaksanakan pesan agung Yang Mulia Rasulullah SAW, Dan, kami mengimani dan meyakini, Mirza Ghulam Ahmad as, sebagai Imam Mahdi dan Isa ibnu Maryam Yang Dijanjikan kedatangannya, juga semata-mata hanyalah ketaatan kami kpd beliau SAW., sebagaimana beliau bersabda yg artinya: Apabila kalian melihatnya, maka bai'atlah kepadanya, walaupun harus merangkak di atas salju, karena beliau itu adalah Khalifatullah AI Mahdi(yang mendapatkan petunjuk.)" (Sunan Ibnu MajahDarul Fikr, tt, Jilid II hal 1367, Hadits No 4084,Musnad Ahmad, Jld. IV, haI85).

4. Saudara AS mengatakan:
"Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Nabi dan Rasul, dg demikian Syahadat menjadi rusak."

Jawaban:
Jemaat Ahmadiyah tidak pernah merusak ataupun merobah Kalimah Syahadat. Syahadat Jemaat Ahmadiyyah adalah: "Asyhadu a( n) laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullah". Hal tersebut dpt Saudara AS buktikan dlm kehidupan sehari-hari. Orang2 Ahmadiyah dimanapun mereka berada selalu mengucapkan syahadat tersebut baik dalam shalat2 mereka, dlm ikrar perkawinan2 mereka, atau yg tertera di papan2 nama Jema'at Ahmadiyyah Indonesia dimanapun, atau pada surat2 pernyataan baiat yg dibacakan setiap orang yg menyatakan ikrar bai'at bergabung ke dlm Jema'at Ahmadiyah. Kalau ada yg mengatakan, Ahmadiyah telah merobah dua kalimah syahadat, seperti halnya Saudara AS, mereka itulah sesungguhnya yg telah merobah, lalu menuduhkannya kpd Jemaat Ahmadiyah. Syahadat Jemaat Ahmadiyah, ialah: "Asyhadu a( n) laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullah". Justru kami mendengar sebagian masyarakat Islam Indonesia ada yg mengucapkan kalimah syahadat model baru: "Asyhadu a( n) laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullah, laa rasuula walaa nabiyya ba'dah" Syahadat seperti ini tdk pernah diucapkan oleh Rasulullah Saw dan para shabatnya, juga tdk pernah diucapkan oleh Jemaat Ahmadiyah. Nah, siapa sebenarnya yg merobah-robah dan merusak syahadat?

5. Saudara AS mengatakan:
"Jemaat Ahmadiyah ini bisa hidup karena ada yg memanfaatkan yaitu orang Munafiquun dan orang Kafiruun. Orang Munafiqun ialah orang yg dg menghidupkan Ahmadiyah ia mendapatkan dana dan keuntungan atau manfaat2 tertentu. Sedangkan oleh orang kafir, Ahmadiyah dimanfaatkan utk memecah belah umat Islam, khususnya di India ketika dijajah oleh Inggris. Ahmadiyah dimanfaatkan oleh Inggris utk melawan orang2 Islam. Inggris memuji-muji Mirza Ghulam Ahmad dan keluarga Mirza Ghulam Ahmad sama sekali tdk mau berjihad melawan penjajah Inggris." 

Jawaban:
Saudara AS, silahkan membuktikan pernyataan-pernyataannya, bhw ada orang munafiq yg mengambil manfaat dari Ahmadiyah. Sebab, Jemaat Ahmadiyah tdk pernah mengetahui adanya orang2 yg dituduhkan demikian. Selama hidupnya, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, terus menerus membela dan meninggikan Islam dg cara, al:
*Mengemukakan keindahan2 ajaran Al-Quran, Sunnah Rasulullah SAW., serta membuktikan dg cara bijaksana kekeliruan ajaran yg didasarkan kepada pemahaman tentang wafatnya Nabi Isa as, diatas kayu salib. Cara yg bijaksana dan menggunakan logika yg berdasarkan kpd ayat2 Suci Al-Quran dan Sabda-sabda Nabi Muhammad SAW., menjadikan dakwah beliau sebagai dakwah yg damai dan sesuai Akhlaqul Karimah yg dicontohkan Rasulullah SAW.
Cara seperti ini tentu di puji oleh kawan maupun lawan. Tuduhan Saudara AS, bhw Ahmadiyah digunakan oleh Inggris utk memecah belah umat Islam, adalah tuduhan yg tidak berdasar dan salah sama sekali. Sebab, bagaimana mungkin Inggris yg agama negaranya berdasarkan ajaran trinitas, menggunakan beliau yg membela Islam dan mengajarkan tauhid. Inggris yg berkeinginan menarik simpati masyarakat Islam India, tdk mungkin menggunakan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai kaki tangan karena beliau secara zahiriyah dimusuhi oleh sebagian ulama dan umat Islam. Hal ini tentu kontraproduktif bagi kepentingan Inggris. Pemerintah Inggris walaupun tdk setuju dg pemahaman dan aqidah Pendiri Jemaat Ahmadiyah, namun karena cara beliau as bertabligh mengikuti akhlaqul karimah Rasulullah Saw, oleh karena itu fihak Pemerintah tdk merasa terancam. Pemerintah hanya akan merasa terancam jika ada golongan yg melakukan tindakan anarkis dg mengatasnamakan agama.
Sebab tindakan anarkis seperti itu bukan hanya membahayakan bagi sebagian masyarakat, tapi justru suatu saat akan menimbulkan berbagai bencana keamanan yg lebih luas di dalam masyarakat.

6. Saudara AS mengatakan bhw:
"Pendiri Jemaat Ahmadiyah tdk melakukan jihad melawan Inggris".

Jawaban Ahmadiyah:
Tuduhan ini pun merupakan tuduhan yg tidak berdasar. Karena jihad menegakkan Tauhid dihadapan penguasa merupakan jihad yg besar. Sedangkan jihad mengangkat senjata secara fisik, adalah jihad kecil menurut Rasulullah SAW., bahkan beliau SAW., mengkhabar ghaibkan, Al-Masih Yang Dijanjikan itu, akan meninggalkan perang fisik (Yadha'ul-harba) (Bukhari dan Muslim). Pemerintah Inggris pd waktu itu memberikan kebebasan beragama dan melindungi hak2 sipil masyarakat. Menurut catatan sejarah India, banyak sekali ulama Islam disana memuji-muji pemerintah Inggris, misalnya:
   6.1. Syamsul 'Ulama Maulana Nazir Ahmad Dehlwi, seorang Pendiri Ahli Hadits dan Deobandi, menulis: "Kesejahteraan seluruh Hindustan akan terjamin jika ada pemerintah asing menguasai mereka, yg bukan Hindu dan bukan pula Islam, yakni raja-raja yg datang dari Eropa (Kalau tidak ada, juga orang Inggris, siapa saja; yg penting dari Eropa); akan tetapi, merupakan anugrah Ilahi yg tak terhingga ternyata Inggris yg menjadi raja."(Kumpulan ceramah-ceramah Maulana Nazir Ahmad Dehlwi, hal 504, cetakan tahun 1890). Kemudian beliau berkata: "Apakah Pemerintah Inggris zalim dan bertangan besi? Ya ampun, …. ! Dia lebih lembut dari Ibu-Bapak yg pengasih "(Ibid).
  6.2. Seorang yg selalu terdepan di dalam menentang Pendiri Jemaat Ahmadiyah, yaitu Maulvi Muhammad Husein Batalwi, menulis: "Raja Romawi adalah raja Islam. Tetapi dari segi keamanan umum dan manajemen yg baik (terlepas dari masalah agama), Pemerintah Inggris juga, utk kita orang2 Islam; dan sedikit pun tdk kurang membanggakannya. Dan khususnya, utk kelompok Ahli Hadits, Pemerintah Inggris dari segi keamanan dan kebebasan, kini dibandingkan dg seluruh kerajaan-kerajaan Islam (Romawi, Khurasan dan Iran), lebih dpt dibanggakan !! "Karena adanya keamanan dan kebebasan serta baiknya pengaturan mazhab, pengikut Ahli Hadits menganggap Pemerintah Inggris sebagai ghanimah yg luar biasa. Dan sebagai rakyat bagi kerajaan Inggis ini, lebih baik daripada menjadi rakyat dari Negara-negara Islam."(Majalah Isyaatus-Sunnah No. 10, hal 292-293).
Tentang Jihad dlm Islam, Rasulullah saw mengkhabar ghaibkan bhw Imam Mahdi dan Masihil Mau'ud di Akhir Zaman nanti akan menghentikan atau meniadakan peperangan (Yadha'ul harba). Jihad dimasanya, tidak lagi dg pedang, tetapi jihad Islam akan ditempuh dg sifat Jamal — keindahan, dg dalil , dan akhlak Rasulullah SAW., sebagaimana FIrman Allah: "Panggillah kepada jalan Rabb-mu dg kebijaksanaan dan nasihat yang baik, dan hendaknya bertukar pikiranlah dg mereka serta dg cara yg sebaik-baiknya. Sesungguhnya Rabb-mu lebih mengetahui siapa yg telah sesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih mengetahui pula siapa yang telah mendapat petunjuk. "(An-Nahl[16]: 126)."
7. Saudara AS mengatakan:
"Ahmadiyah ditolak oleh semua ulama dan umat Islam diseluruh dunia. Masih terbuka kesempatan bagi Ahmadiyah utk bergabung dg kami. Dan jika tdk ingin ditolak jangan mengatakan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan Rasul."

Jawaban:
Kalimat ''ditolak oleh semua ulama dan umat Islam di seluruh dunia", menunjukkan terbatasnya wawasan pengetahuan dan pemahaman saudara AS. Jemaat Ahmadiyah bukan sebuah agama baru, melainkan hanya sebuah Jemaah dlm Islam. Jika dikatakan bhw Jemaat Ahmadiyah ditolak oleh semua ulama dan umat Islam diseluruh dunia, tidaklah demikian sebab pd kenyataannya tdk semua ulama dan umat Islam diseluruh dunia bergabung dg ulama yg menolak, sehingga ulama yg menolak itu tentu tdk berhak menyatakan mewakili semua ulama dan umat Islam. MUI ketika memfatwakan Ahmadiyah kafir beranggotakan 400 ulama dari seluruh Indonesia. Tapi, tidak semua anggota MUI yg berjumlah 400 orang itu, setuju dg fatwa MUI itu.
Mayoritas orang yg bergabung ke dalam Jemaat Ahmadiyah diseluruh dunia berasal dari umat Islam. Dan dari antara umat Islam yg bergabung itu, ribuan diantaranya adalah para ulama dan imam2 masjid dari berbagai bangsa di 181 negara di dunia. Jumlah mereka sekarang sudah lebih dari 200 juta jiwa. Di Indonesia saja masih banyak ulama dan umat Islam yg tidak setuju dg fatwa MUI maupun pendapat saudara AS. Oleh karena itu tidaklah benar pemyataan saudara AS bhw seluruh ulama dan umat Islam menolak Ahmadiyah. "TIDAK DITERIMANYA OLEH MAYORITAS MASYARAKAT, TIDAK MUTLAK BERARTI YG DITOLAK ITU SALAH ". Sebab kenyataannya, Yang Mulia Rasulullah Saw., wujud yg paling benar dan paling mulia dari semua Nabi dan diutus sebagai Nabi utk seluruh dunia, sampai sekarang ini masih belum diterima oleh mayoritas penduduk dunia walaupun masa penda'waan beliau sudah 15 abad. Walaupun mayoritas penduduk dunia tidak mengakui kenabian Nabi Muhammad Saw, hal itu tidak berarti bhw ajaran yg beliau bawa itu tidak benar. Dan pendapat mayoritas bukanlah jaminan utk menentukan suatu kebenaran. Allah Swt. berfirman artinya: "Dan jika engkau mengikuti kebanyakan orang di bumi, mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanyalah persangkaan belaka dan mereka hanyalah berdusta" (Al-An'am[6]:117) dan "Hanya Tuhan-lah yg lebih mengetahui orang2 yg sesat dan Dia-lah yg lebih mengetahui orang2 yg mendapat petunjuk." (Al-An'am[6]:118)

Catatan:
Ahmadiyah menggunakan metode penomoran ayat-ayat Al-Qur'an Karim dg menghitung "bismillahirrahmaanirrahiim" yg terletak pada permulaan setiap Surah sebagai ayat pertama, kecuali pada Surah at-Taubah. Lihat http://www.alislam.org
Metode ini digunakan sebagai standar oleh Ahmadiyah karena di dlm Hadits disebutkan bhw setiap Surah yg diturunkan kpd Nabi Besar Muhammad s.a.w. selalu dimulai dg wahyur "Bismillahirrahmaanirrahiim" (H. R. Abu Daud, Al-Hakim), kecuali pd permulaan Surah at-Taubah, karena tanpa diawali dg kalimat Basmallah. Untuk penomoran kutipan dari ayat-ayat terjemahan Al-Qur'an terbitan Departemen Agama RI atau Kerajaan Arab Saudi, ayat "Bismillahirrahmaanirrahiim" pada setiap Surah (kecuali Surah at-Taubah) tidak dihitung sebagai satu ayat. Sehingga terdapat perbedaan dlm penomoran ayat al-Qur'an antara Ahmadiyah dg non-Ahmadiyah

Leave a Reply

 
Ahmadiyahjabar © 2014 | Designed By Blogger Templates