Advertise

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Kamis, 12 Maret 2015

Memburu Harta Qarun dalam Alquran.

0 komentar
MEMBURU  HARTA  KARUN (Qaruun, Firaun dan Haman -  3 Penguasa Mesir)
Al-Qur'an  Surah Al-Qashash (28:76-82),  Al-'Ankabuut (29:39-40)  dan Al-Mu'min (40:23-24 dan 36)

Karun atau Qarun adalah seorang sepupu Musa a.s. berasal dari Bani Israil,
Awal kehidupan Qarun sangatlah miskin dan memiliki banyak anak. Sehingga pada suatu kesempatan ia meminta Musa untuk mendoakannya kepada Allah, yang ia pinta adalah kekayaan harta benda dan permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah.


Qarun dipercaya oleh Firaun Raja Mesir karena punya ilmu  keahlian pertambangan emas di Mesir.  Dikisahkan  dia memiliki ribuan gudang harta melimpah ruah, penuh berisikan emas dan perak. Begitu kayanya Qarun, sehingga kunci-kunci gudang harta bendanya harus dipikul oleh beberapa orang yang kekar, terlalu berat untuk dibawa oleh satu orang. Para tetangga dan orang sekelilingnya, termasuk sekelompok pengikut Musa a.s.  ingin sekali memiliki apa yang dimiliki Qarun. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya, sehingga mereka berangan-angan bernasib seperti itu.

Qarun mabuk dan terlena oleh harta dan kekayaannya. Ketika Musa meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas segala nikmat dan kekayannya, ia justru menolakseraya mengatakan: "Sesungguhnya aku diberi harta ini karena ilmu yang ada padaku."
Sebagai bentuk perlawanan kepada orang yang menasihatinya, Qarun makin hidup bermewah-mewahan dan secara menyolok memamerkan kekayaannya. Jika Qarun keluar rumah, ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang gemerlapan, membawa pembantu lebih banyak dari biasanya dan mengendarai kuda yang dihiasi dengan indah.  Kemewahan yang diperlihatkan secara menyolok itu menimbulkan fitnah besar di kalangan penduduk yang masih lemah imannya. Mereka jadi sering kali mengeluh diantara penduduk lainnya:  "Mengapa kami tidak diberi kenikmatan seperti yang telah diberikan kepada Qarun? Mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan itu kepada Qarun yang tidak mempunyai belas kasihan terhadap orang lain? Dimanakah letak keadilan Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?

Akhirnya keadaan itu sampai juga ke telinga Nabi Musa a.s.  Beliau menyampaikan kepada Qarun bahwa Allah telah mewahyukan perintah memberikan zakat bagi tiap2 orang kaya. Nabi Musa a.s. menjelaskan bahwa didalam harta kekayaan setiap orang itu terdapat bagian yang telah ditentukan oleh Allah sebagai hak fakir miskin dan wajib diserahkan kepada mereka. Qarun merasa jengkel menerima kewajiban mengeluarkan zakat itu, ia berkata: "Hai Musa, ternyata sikap kami yang lunak teah membuatmu bertindak lebih jauh dari yang sepatutnya. Kamu rupanya ingin menguasai harta kekayaan kami, dengan perintaah wajib zakat ini, kamu telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu."

Tuduhan Qarun itu ditolak oleh Nabi Musa a,s,; beliau menegaskan bahwa kewajiban berzakat itu tidak dapat ditawar-tawar, karena zakat itu adalah perintah Allah yang harus ditaati. Setelah berdebat lama dengan Musa a.s. Qarun tidak bisa mengelak lagi.

Setibanya di rumah, ia menghitung-hitung bagian yang harus dizakatkan; Qarun merasa jumlah yang harus dikeluarkan sebagai zakat itu terlalu besar. Ia merasa sayang untuk mengeluarkannya. Dengan banyak pertimbangan akhirnya Qarun memutuskan untuk tidak akan mengeluarkan zakat, apapun yang akan terjadi akibat tindakannya itu,

Untuk menguatkan aksi penolakannya itu, Qarun menyebar fitnah keji seolah-olah Musa dengan dakwahnya itu bertujuan untuk memperkaya diri;  Qarun bertujuan menarik orang2 untuk mengikutinya menolak kewajiban mengeluarkan zakat itu. Tidak hanya itu, ia bersekongkol dengan seorang perempuan yang disuruhnya agar mengaku di depan umum bahwa ia telah berzina dengan Musa.

Akan tetapi, Allah tidak rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu itu. Allah melimpahkan hidayah-Nya kepada perempuan sewaan itu untuk mengatakan bahwa yang dituduhkan kepada Nabi Musa adalah fitnah atas perintah Qarun semata.

Melihat tidak adanya itikad baik dalam diri Qarun, dan bahaya dari perbuatannya yang dapat merusakkan ahlak dan iman penduduk lainnya, Nabi Musa a.s. berdoa kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak itu. Dengan demikian, hal itu bisa menjadi pelajaran bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah pada diri Qarun yang membangkang itu.

Allah memperkenankan doa Nabi Musa a.s. Tidak lama kemudian terjadilah gempa yang dahsyat. Seluruh bangunan mewah tempat tinggal Qarun dan tempat menyimpan harta kekayaannya hancur luluh, serta tambang2 emasnya juga amblas masuk ke dalam bumi.  Tidak ada lagi yang tersisa. Qarun terkubur hidup2 beserta semua harta kekayaan dan tambang emas-peraknya yang menjadi kebanggaannya.

Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaan serta pertambangannya itu menjadi pelajaran bagi pengikut-pengikut Nabi Musa lainnya. Mereka bersyukur kepada Allah SWT seraya berkata: "Sekiranya Allah meluluskan permintaan kami dulu, niscaya kami akan dibenamkan pula seperti Qarun yang kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat saat kami merasa iri hati dan mendambakan kekayaannya seperti milik Qarun. Aduhai benar2 tidak beruntungnya orang-orang yang mengingkari nikmat Allah.

Sumber: P. Sumantri.

Leave a Reply

 
Ahmadiyahjabar © 2014 | Designed By Blogger Templates